REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Gelombang panas yang membakar menyapu lembah Sungai Yangtze yang luas di China pada Rabu (13/7/2022). Suhu tinggi menghantam kota-kota besar berpenduduk padat dari pusat komersial Shanghai ke Chengdu.
China bersiap menghadapi musim panas yang ekstrem tahun ini, mulai dari gelombang panas yang menyengat hingga hujan lebat yang berkepanjangan dan deras. Kota-kota di selatan Sungai Yangtze khususnya telah dilanda panas yang hebat dan curah hujan yang memecahkan rekor.
"Pagi ini, saya bangun pagi untuk melakukan beberapa pekerjaan dan saya berkeringat bahkan dengan AC menyala," kata seorang penduduk Nanjing, sebuah kota berpenduduk lebih dari sembilan juta orang di dekat Shanghai.
Sedangkan Shanghai mengeluarkan peringatan merah kedua dalam empat hari dengan peringatan suhu lebih dari 40 derajat Celcius. Konstruksi dan kegiatan luar ruangan lainnya harus dikurangi atau bahkan dihentikan di bawah peringatan merah.
Tagar #Heatstroke menjadi tren di media sosial dengan 2,45 juta tampilan di Weibo. Diskusi daring memuat orang-orang yang dirawat di rumah sakit hingga efek merugikan dari paparan panas jangka panjang.
Sedangkan ibu kota provinsi Sichuan barat daya, Chengdu, pemadaman terjadwal dan peningkatan jaringannya bertepatan dengan cuaca hangat. Tindakan ini memicu protes keras dari beberapa dari 21 juta penduduknya di media sosial.
"Ini adalah pemadaman skala besar," kata seorang warganet di mikroblog Weibo yang mirip Twitter.
"Penduduk tidak dapat dijamin pasokan listriknya. Tidak ada yang melakukan apa-apa," ujar protes daring lainnya.
Kota Yanjin, juga di barat daya China, suhu mencapai 44 derajat Celcius pada Senin (11/7/2022). Tingkat suhu tersebut menjadi yang tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1959.
Gelombang panas juga mulai kembali ke China tengah setelah serangan cuaca hujan mengganggu cuaca panas sejak Juni. Di provinsi Henan tengah, pekerja pemeliharaan kereta sedang membersihkan dan memeriksa AC di atas kereta yang melewati ibu kota Zhengzhou, pusat transportasi di China tengah. Suhu di beberapa bagian Henan mencapai 41 derajat Celcius baru-baru ini.
Bagi pekerja perawatan kereta api Wang Mian, suhu tertinggi yang pernah dialaminya saat berada di atap kereta api adalah 79 derajat Celcius. "Di atas sini, sangat panas, seperti pengukus makanan," kata Wang kepada televisi pemerintah.
"Pakaian kami basah setiap hari. Terkadang tidak pernah kering," ujarnya.