Kamis 14 Jul 2022 12:19 WIB

Mantan Insinyur Perangkat Lunak CIA Bocorkan Informasi Rahasia ke WikiLeaks

Ini adalah salah satu pencurian terbesar dalam sejarah CIA.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Wikileaks
Wikileaks

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang mantan insinyur perangkat lunak CIA pada Rabu (13/7/2022) dijatuhi hukuman, karena membocorkan informasi rahasia ke WikiLeaks. Ini adalah salah satu pencurian terbesar dalam sejarah CIA.

Juri di pengadilan federal Manhattan menghukum Joshua Schulte (33 tahub) atas delapan tuduhan spionase, dan satu tuduhan atas kebocoran Vault 7. Schulte tmewakili dirinya sendiri di persidangan yang berlangsung selama sebulan.  

"Hari ini, Schulte telah dihukum karena salah satu tindakan spionase paling berani dalam sejarah Amerika, dan merusak upaya AS untuk memerangi organisasi teroris dan pengaruh jahat lainnya di seluruh dunia," kata Jaksa AS Damian Williams di Manhattan dalam sebuah  penyataan.

Materi yang bocor terkait dengan perangkat lunak yang digunakan CIA untuk mengawasi orang-orang di luar Amerika Serikat, melalui berbagai cara seperti smartphone dan televisi yang terhubung ke internet.  WikiLeaks mulai menerbitkan materi yang bocor itu pada Maret 2017.

Departemen Kehakiman AS mengatakan, Schulte mengundurkan diri dari CIA pada November 2016. Dia termotivasi untuk membocorkan materi tersebut karena dendam. Schulte tidak senang dengan cara manajemen memperlakukan dirinya.

Sementara Schulte mengatakan bahwa, dia dijebak dan dikambinghitamkan atas kebocoran tersebut karena masalahnya dengan manajemen. Dia ditangkap pada Agustus 2017 atas tuduhan yang tidak terkait, dan telah dipenjara sejak jaminan dicabut empat bulan kemudian. Departemen Kehakiman mengumumkan tuduhan terkait WikiLeaks pada Juni 2018.

Bulan lalu, menteri dalam negeri Inggris menyetujui ekstradisi pendiri WikiLeaks Julian Assange ke Amerika Serikat.  Dia menghadapi tuntutan pidana federal di Virginia atas dugaan perannya dalam menerbitkan dokumen militer rahasia pada 2010.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement