Kamis 14 Jul 2022 16:07 WIB

Kasus COVID-19 di Jepang Naik Pesat, PM Segera Gelar Jumpa Pers

Masyarakat Jepang diminta waspada jelang akhir pekan dan libur musim panas.

Seseorang yang mengenakan masker pelindung untuk membantu mengekang penyebaran virus corona berdiri di depan pemberitahuan kesadaran publik untuk perlindungan COVID-19 di distrik Shinjuku, Kamis, 14 Juli 2022, di Tokyo.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Seseorang yang mengenakan masker pelindung untuk membantu mengekang penyebaran virus corona berdiri di depan pemberitahuan kesadaran publik untuk perlindungan COVID-19 di distrik Shinjuku, Kamis, 14 Juli 2022, di Tokyo.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang pada Kamis (14/7/2022) memperingatkan bahwa COVID-19 sedang menyebar dengan cepat. Masyarakat diminta waspada menjelang akhir pekan panjang dan libur musim panas sekolah.

Negara itu baru-baru ini mencatat lonjakan kasus COVID-19 tertinggi sejak awal tahun. Pada Rabu (13/7/2022), ibu kota Tokyo melaporkan 16.878 kasus baru, rekor terbanyak sejak Februari, dan secara nasional tercatat lebih dari 90.000 kasus.

Baca Juga

"Kami memiliki 94.466 kasus baru secara nasional kemarin, dan jumlah pasien baru telah meningkat 2,14 kali dibandingkan pekan lalu, dan kami mengalami peningkatan yang cepat," kata kepala sekretariat kabinet Hirokazu Matsuno dalam jumpa pers.

Namun, dia mengatakan keterisian ranjang perawatan rumah sakit masih rendah. Begitu pula kasus rawat inap dan kematian.

Tokyo akan menaikkan level kewaspadaan COVID-19 ke status paling tinggi, menurut laporan Fuji News Network. Perdana Menteri Fumio Kishida dijadwalkan akan menggelar jumpa pers pada pukul 18.00 waktu setempat (16.00 WIB) pada Kamis.

Menurut Kyodo, dalam jumpa pers itu Kishida kemungkinan akan menyampaikan perkembangan COVID-19 dan inflasi. Angka inflasi di Jepang terangkat oleh melemahnya mata uang yen dan kenaikan harga bahan bakar akibat perang Rusia-Ukraina.

Menteri Kesehatan Shigeyuki Goto mengatakan angka kasus baru meningkat di setiap prefektur dan sepertinya bertambah dengan cepat. "Ada kemungkinan akan lebih tinggi karena akhir pekan tiga hari dan liburan musim panas," kata dia.

Secara terpisah, Menteri Pertanahan dan Transportasi Tetsuo Saito, yang juga mengurusi pariwisata, mengatakan saat ini bukan waktu yang pas untuk memberikan program bantuan dan subsidi bagi perjalanan domestik. Pada akhir 2020 Jepang meluncurkan program promosi perjalanan, tetapi kemudian ditinggalkan setelah dikritik telah membantu virus corona tersebar luas.

Skema serupa diharapkan bisa dimulai tahun ini. Kendati demikian, Jepang masih belum mempertimbangkan pembatasan apa pun terhadap pergerakan dan aktivitas masyarakat, kata Menteri Ekonomi Daishiro Yamagiwa.

Sejumlah politikus dan pejabat pemerintah Jepang terbukti positif COVID-19, termasuk kepala publisitas partai berkuasa Taro Kono dan kepala Badan Digital Karen Makishima.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement