REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menandatangani deklarasi bersama yang berkomitmen untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Deklarasi itu ditandatangani pada Kamis (14/7/2022) setelah pertemuan empat kedua pemimpin negara.
Deklarasi bersama itu diharapkan juga mencakup janji Washington untuk melanjutkan bantuan militer AS ke Israel. Paket bantuan militer senilai 38 miliar dolar AS itu, ditandatangani pada 2016 di bawah pemerintahan mantan Presiden AS Barack Obama, ketika Biden menjadi wakil presiden.
Pertemuan Biden dan Lapid akan dilanjutkan dengan pertemuan delegasi AS dan Israel. Dilanjutkan dengan konferensi pers bersama. Biden dan Lapid kemungkinan akan menghadapi pertanyaan tentang Iran, Palestina, dan pembunuhan jurnalis veteran Aljazirah, Shireen Abu Akleh oleh tentara Israel pada Mei.
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan, deklarasi bersama itu akan memperluas hubungan keamanan antara Amerika Serikat dan Israel. "Deklarasi ini cukup signifikan, dan itu termasuk komitmen untuk tidak pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir dan mengatasi aktivitas destabilisasi Iran, terutama ancaman terhadap Israel," kata pejabat itu.
Biden tiba di Israel pada Rabu (13/7/2022) dan dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Jumat (15/7/2022). Kemudian Biden akan bertolak ke Arab Saudi. Biden akan mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Arab Saudi dan sekutu Teluk lainnya di Jeddah pada Sabtu (16/7/2022).
Biden menghadapi perjuangan berat untuk membujuk Iran bergabung kembali dengan perjanjian nuklir atau JCPOA. Pada 2018, Amerika Serikat secara sepihak keluar dari JCPOA di bawah mantan Presiden Donald Trump.
Biden kemungkinan akan menghadapi pertanyaan tentang kebijaksanaan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran. Termasuk apa yang akan dilakukan Amerika Serikat untuk melawan tindakan regional Iran. Dalam sebuah wawancara televisi Israel pada Rabu, Biden mengatakan, menghidupkan kembali kesepakatan JCPOA merupakan peluang terbaik untuk menahan upaya Iran dalam mengembangkan bom nuklir.