REPUBLIKA.CO.ID, BETHLEHEM -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, tetap mendukung negara Palestina yang merdeka. Hanya saja, dia menilai, untuk memulai kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina belum bisa dilakukan karena belum memiliki dasar yang kokoh.
Menurut Biden, dunia tidak bisa menunggu untuk kesepakatan damai. Dia mengatakan, langkah-langkah perlu diambil untuk meningkatkan kehidupan rakyat Palestina. Abbas mengatakan kunci perdamaian di kawasan itu dimulai dengan mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Palestina.
Biden menyampaikan penilaian tersebut pada konferensi pers dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Jumat (15/7/2022). Komentar Biden dalam pertemuan itu kemungkinan akan mengecewakan warga Palestina yang mengharapkan AS untuk menekan Israel agar memulai kembali pembicaraan damai. Pembicaraan substantif terakhir gagal lebih dari satu dekade lalu.
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada Jumat, akan terus mengambil peran dalam perdamaian. Namun, Beijing tidak akan melakukan cara yang diambil oleh Washington.
"Timur Tengah bukanlah halaman belakang negara lain dan tidak ada kekosongan di kawasan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
Menurut Wang, China telah melakukan upaya tanpa henti dan memainkan peran kunci dalam menjaga perdamaian. Beijing pun terus mempromosikan pembangunan, dan membawa resolusi yang adil dan merata pada masalah utama di kawasan tersebut.
"China siap bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk terus memainkan peran positif dalam mewujudkan perdamaian dan pembangunan di Timur Tengah," kata Wang.
Biden menggunakan perjalanannya ke Israel, Tepi Barat, dan Arab Saudi untuk menopang hubungan dengan mitra regional. Usai melakukan pertemuan dengan kepala negara Israel dan Palestina, Biden bersiap melanjutkan perjalanan bertemu pemimpin Arab Saudi.