Sabtu 16 Jul 2022 22:35 WIB

Para Menkeu G20 Didesak Fokus ke Pemulihan Ekonomi Global

G20 harus memberikan hasil nyata untuk mendukung ekonomi global.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kanan) bersiap saat hari kedua pertemuan 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (16/7/2022). Hari kedua pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 itu melanjutkan pembahasan sejumlah agenda utama menyangkut ekonomi global dan keuangan.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kanan) bersiap saat hari kedua pertemuan 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (16/7/2022). Hari kedua pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 itu melanjutkan pembahasan sejumlah agenda utama menyangkut ekonomi global dan keuangan.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA - Indonesia mendesak para pemimpin keuangan negara anggota G20 tetap fokus pada tujuan pemulihan ekonomi global, Sabtu (16/7/2022). Meskipun, pertemuan menteri keuangan dan pemimpin keuangan di Bali kemungkinan akan berakhir tanpa komunike formal.

Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati diperkirakan mengeluarkan pernyataan ketua yang merangkum acara-acara pertemuan. "Kami tidak mengharapkan komunike," kata salah satu sumber.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, para anggota telah mengadakan diskusi yang bermanfaat. Namun menurutnya G20 harus memberikan hasil nyata untuk mendukung ekonomi global.

"Penting untuk tetap fokus pada apa yang telah kita rencanakan untuk dicapai tahun ini, karena ini juga akan mengirimkan pesan positif kepada masyarakat global atas peran dan upaya G20 dalam mendukung pemulihan global,” kata Warjiyo saat membuka pertemuan pemimpin keuangan G20 pada hari kedua, Sabtu.

Sri Mulyani berharap para delegasi dapat menjembatani perbedaan mereka atas perang untuk bersama-sama mengatasi kenaikan harga komoditas, krisis ketahanan pangan yang meningkat dan efek limpahan pada kemampuan negara-negara berpenghasilan rendah untuk membayar utang. Itu terbukti terlalu sulit dalam iklim saat ini.

Negara-negara Barat memberlakukan sanksi ketat terhadap Rusia dan menuduhnya melakukan kejahatan perang di Ukraina yang dibantah Moskow. Negara-negara G20 lainnya, termasuk Cina, India dan Afrika Selatan, lebih diam dalam tanggapan mereka.

Sumber-sumber Barat memperingatkan, akan sulit menyepakati komunike karena G20 bekerja atas dasar konsensus. Sementara, Rusia telah memblokir bahasa tentang penyebab penurunan ekonomi yang telah mendorong Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan.

"Kapasitas G20 untuk bertindak dan berkomunikasi sangat terhambat oleh perang di Ukraina, yang salah satu anggota G20 bertanggung jawab penuh," kata sumber kementerian keuangan Prancis.

G20 pada Sabtu membahas stabilitas keuangan pasca-pandemi, aset kripto dan risiko keuangan terkait iklim, di antara topik lainnya. Pejabat senior Barat, termasuk Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Menteri Keuangan Kanada Chrystia Freeland pada Jumat (15/7/2022) mengutuk perang dan mengecam pejabat Rusia atas kejatuhan ekonomi besar-besaran yang disebabkan oleh perang.

Menteri Keuangan Ukraina Serhiy Marchenko, yang berpidato dalam pertemuan itu secara virtual, menyerukan sanksi yang ditargetkan lebih berat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Operasi militer khusus yang disebut Kremlin memang telah membayangi pertemuan G20, termasuk pertemuan para menteri luar negeri negara G20 pekan lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement