Selasa 19 Jul 2022 19:35 WIB

UE dan China akan Gelar Dialog Perdagangan Tingkat Tinggi

Uni Eropa dan China akan melangsungkan dialog ekonomi dan perdagangan tingkat tinggi

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Bendera Uni Eropa.
Foto: EPA/Patrick Seeger
Bendera Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Uni Eropa (UE) dan China akan melangsungkan dialog ekonomi dan perdagangan tingkat tinggi pada Selasa (19/7/2022). Dialog ini dijadwalkan di tengah ketegangan atas sejumlah masalah termasuk perang Rusia-Ukraina, Xinjiang dan perjanjian investasi yang belum rampung diratifikasi.

"Dialog Ekonomi & Perdagangan Tingkat Tinggi #EUChina ke-9 berlangsung besok 19/07," kata Wakil Presiden Eksekutif Komisi UE, Valdis Dombrovskis di Twitter resminya, Senin (18/7/2022) waktu setempat.

"Saya berharap dapat memimpin acara penting ini bersama dengan Wakil Perdana Menteri Cina Liu He," ujarnya menambahkan.

Menurut sumber diplomatik Barat, dialog tersebut akan dilakukan secara virtual dan akan berlangsung pada Selasa sore waktu Beijing. Putaran terakhir dari dialog seperti itu dilakukan pada Juli 2020 dan juga dipimpin oleh Dombrovskis dan Liu.

Laporan dari South China Morning Post mengatakan, sejumlah tantangan ekonomi global akan dibahas selama dialog. Bahasan itu termasuk ketahanan pangan dan harga energi, rantai pasokan, jasa keuangan, dan perdagangan bilateral hingga masalah investasi.

Para ahli menilai bahwa mengadakan pertemuan tersebut mencerminkan kesediaan bersama kedua belah pihak untuk menjaga hubungan China-Eropa tetap stabil dan tangguh meskipun situasi geopolitik yang bergejolak. Ini dilihat dari keduanya yang berusaha untuk menjaga mekanisme bilateral berjalan normal.

"Semakin sulit situasinya, semakin signifikan kedua belah pihak mengadakan diskusi. Jika tidak, kedua belah pihak akan menjadi korban pergulatan politik internasional," kata direktur Departemen Studi Eropa di Institut Studi Internasional China, Cui Hongjian dikutip laman Global Times, Selasa.

Menurut Cui, China dan UE perlu bergandengan tangan untuk mengatasi dampak ekonomi negatif dari krisis Ukraina. Secara khusus, mereka harus bekerja sama untuk mengatasi beberapa masalah mendesak yang mereka hadapi.

Semisal, UE telah berbicara tentang urgensi keamanan rantai pasokan, tetapi pencapaian tujuan seperti itu tidak boleh disamakan dengan mengecualikan Cina dari rantai pasokan UE, seperti yang diusulkan beberapa orang. Sebab, sambungnya, Cina dan Eropa memiliki hubungan ekonomi yang mendalam dalam banyak aspek, di mana kedua belah pihak perlu saling mendukung dalam banyak masalah ekonomi.

"Semisal pada saat harga biji-bijian global berfluktuasi, Cina dan UE harus memastikan bahwa kedua belah pihak bekerja sama untuk menstabilkan pasokan biji-bijian," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement