Kamis 21 Jul 2022 13:52 WIB

CIA Perkirakan Korban Tewas Akibat Perang Rusia-Ukraina Capai 15 Ribu

Jumlah korban perang dari pihak Ukraina cukup signifikan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Seorang wanita mengambil foto akibat penembakan Rusia di Kyiv, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. Direktur CIA William Burns pada Rabu (20/7/2022) memperkirakan, korban tewas akibat invasi Rusia di Ukraina telah mencapai sekitar 15 ribu orang
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang wanita mengambil foto akibat penembakan Rusia di Kyiv, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. Direktur CIA William Burns pada Rabu (20/7/2022) memperkirakan, korban tewas akibat invasi Rusia di Ukraina telah mencapai sekitar 15 ribu orang

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur CIA William Burns pada Rabu (20/7/2022) memperkirakan, korban tewas akibat invasi Rusia di Ukraina telah mencapai sekitar 15 ribu orang dan 45 ribu lainnya terluka. Burns menambahkan, jumlah korban dari pihak Ukraina cukup signifikan.

"Perkiraan terbaru dari komunitas intelijen AS adalah sekitar 15 ribu (pasukan Rusia) tewas dan mungkin tiga kali lipat terluka. Jadi kerugian yang cukup signifikan. Dan, Ukraina juga menderita, mungkin sedikit kurang dari itu. Tapi jumlah korban cukup signifikan," kata Burns.

Baca Juga

Rusia mengklasifikasikan kematian militer sebagai rahasia negara bahkan di masa damai. Hingga kini Rusia belum memperbarui angka resmi korban selama perang. Pada 25 Maret Rusia mengatakan, 1.351 tentaranya telah tewas dalam perang di Ukraina. Sementara pada Juni, Kiev mengatakan, antara 100 hingga 200 tentara Ukraina terbunuh per hari.

Burns mengatakan, setidaknya untuk saat ini konsentrasi pasukan militer Rusia di Donbas menunjukkan bahwa mereka telah belajar dari kegagalan pada awal operasi. Sebelumnya Moskow telah menarik pasukannya dari sekitar Kiev dan fokus untuk merebut wilayah di Ukraina timur.

“Di satu sisi, apa yang telah dilakukan militer Rusia adalah mundur ke cara perang yang lebih nyaman, dalam arti, dengan menggunakan keunggulan dan daya tembak jarak jauh mereka untuk bertahan dan secara efektif menghancurkan target Ukraina, serta mengkompensasi kelemahan tenaga yang mereka miliki," kata Burns.  

Dalam beberapa hari terakhir, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melakukan pembersihan internal terbesar dalam perang. Zelenskyy memecat kepala badan keamanan dan jaksa agung, karena kegagalan mereka untuk membasmi mata-mata Rusia. Zelenskyy juga mengumumkan sejumlah kasus pengkhianatan.

Amerika Serikat telah menyediakan dukungan intelijen untuk membantu Ukraina mengambil keputusan di medan perangnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah CIA dan Pentagon harus khawatir tentang infiltrasi Rusia.

Namun, Burns tampaknya mengecilkan kekhawatiran tersebut. "Kami yakin bahwa kemitraan yang kami bangun efektif. Dan kami berbagi  intelijen dalam jumlah yang cukup signifikan dengan dinas Ukraina, dan dengan kepemimpinan Ukraina yang mereka gunakan dengan sangat efektif," ujar Burns.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement