Ahad 24 Jul 2022 12:37 WIB

Serangan Rusia ke Odesa Dianggap Hinaan ke PBB dan Turki

Serangan terjadi setelah kesepakatan menghapus blokade ekspor gandum.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Wanita Mali menyaring gandum di ladang dekat Segou, Mali tengah, 22 Januari 2013. Pada tahun 2022, Keluarga di seluruh Afrika membayar sekitar 45% lebih banyak untuk tepung terigu karena perang Rusia di Ukraina menghalangi ekspor dari Laut Hitam.
Foto: AP/Jerome Delay
Wanita Mali menyaring gandum di ladang dekat Segou, Mali tengah, 22 Januari 2013. Pada tahun 2022, Keluarga di seluruh Afrika membayar sekitar 45% lebih banyak untuk tepung terigu karena perang Rusia di Ukraina menghalangi ekspor dari Laut Hitam.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleg Nikolenko mengatakan serangan rudal Rusia ke Odesa merupakan penghinaan ke PBB dan Turki. Serangan Sabtu (23/7/2022) itu satu hari setelah kesepakatan menghapus blokade ekspor gandum dari pelabuhan Laut Hitam ditandatangani.

"Rudal Rusia merupakan ludahan (Presiden Rusia) Vladimir Putin ke wajah (Sekretaris Jenderal PBB Antonio) Guterres dan Presiden Turki Tayyip Erdogan," kata Nikolenko di Facebook.

Baca Juga

Kesepakatan untuk meredakan krisis pangan dunia itu ditengahi PBB dan Turki. Juru bicaranya mengatakan Guterres dengan keras mengecam serangan Rusia di Odesa. Sementara Kementerian pertahanan Turki mengatakan pada Ankara pemerintah Rusia mengaku Moskow "tidak ada kaitannya" dengan serangan itu.

"Rusia memberitahu kami mereka jelas tidak ada hubungannya dengan serangan ini, faktanya insiden ini terjadi tepat setelah perjanjian kami buat kemarin benar-benar mengkhawatirkan kami," kata Menteri Pertahanan Turki Hulusai Akar dalam pernyatannya.

Kementerian Pertahanan dan militer Rusia tidak menyinggung serangan ke Odesa di siaran pers mereka pada Jumat sore. Kementerian pertahanan juga tidak menanggapi permintaan komentar.

Sebagai bagian dari pertahanan perang Ukraina memiliki tambang di perairan pelabuhan Odesa. Tapi berdasarkan perjanjian terbaru pilot-pilotnya dapat memandu kapal-kapal untuk berlayar di jalur aman.

Pusat Komando Gabungan yang dikelola empat anggota pihak yang menyepakati perjanjian akan memantau kapal-kapal Laut Hitam yang transit ke Selat Bosphorus, Turki dan menuju pasar dunia. Semua pihak sepakat tidak boleh ada serangan ke entitas-entitas ini.

Moskow membantah bertanggung jawab atas krisis pangan dan menyalahkan sanksi-sanksi Barat yang menurut mereka telah memperlambat ekspor pangan dan pupuk. Rusia juga menyalahkan tambang Ukraina di dekat pelabuhan.

Rusia memblokade pelabuhan Ukraina di tepi Laut Hitam sejak invasi 24 Februari lalu. Puluhan juta ton gandum dan kapal terjebak di pelabuhan itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement