REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran melaporkan sekitar 22 orang meninggal dunia akibat banjir bandang di Provinsi Fars. Banjir bandang pada Sabtu (23/7/2022) kemarin terjadi setelah hujan lebat mengguyur di daerah Iran selatan.
Pada Ahad (24/7/2022) kantor berita semi-resmi Tasnim mengutip Kepala Departemen Penanggulangan Bencana Provinsi Fars Khalil Abdollahi yang mengatakan sampai saat ini satu orang dilaporkan hilang. Ia mengatakan 55 orang berhasil diselamatkan dari banjir yang menghanyutkan 15 mobil. Kantor berita pemerintah melaporkan gubernur Provinsi Fars mendeklarasikan Ahad ini sebagai hari berkabung.
Banjir, hujan lebat, gelombang panas, dan bencana alam lainnya semakin sering terjadi di seluruh dunia. Panel ilmuwan iklim PBB (IPCC) mengonfirmasi perubahan iklim membuat bencana alam seperti gelombang panas sering terjadi.
Emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia membuat bumi lebih panas 1,2 derajat Celsius dibanding zaman pra-industri. Garis dasar yang lebih hangat artinya suhu bumi dapat jauh lebih panas ketika gelombang panas terjadi.
"Setiap gelombang panas yang telah kami alami hari ini semakin panas dan sering karena perubahan iklim," kata ilmuwan iklim di Imperial College London, Friederike Otto, yang juga memimpin penelitian kolaborasi World Weather Attribution pekan lalu.
Dalam Perjanjian Paris 2015, negara-negara di seluruh dunia sepakat memotong emisi cukup cepat hingga membatasi pemanasan global sampai 2 derajat Celsius dan bertahan di 1,5 derajat Celsius demi menghindari dampak berbahaya. Kebijakan saat ini tidak cukup cepat memotong emisi untuk mencapai tujuan itu.