Senin 25 Jul 2022 16:35 WIB

Jerman: Perang Rusia di Ukraina Jangan Sampai Hancurkan Persatuan Eropa

Presiden Jerman serukan agar negara-negara Eropa tetap bersatu dalam hadapi perang

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier
Foto: AP Photo/Michael Sohn
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan, perang yang dicetuskan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina, merupakan perang melawan persatuan Eropa. Dia menyerukan agar negara-negara Eropa tetap bersatu dalam menghadapi situasi tersebut.

“Kita tidak boleh membiarkan diri kita terpecah, kita tidak boleh membiarkan karya besar persatuan Eropa yang telah kita mulai dengan sangat menjanjikan dihancurkan,” kata Steinmeier dalam pidatonya di kota Paderborn, Jerman Barat, Ahad (24/7/2022), dilaporkan DW.

Dia mengingatkan, perang saat ini bukan hanya tentang wilayah Ukraina. “Ini tentang dasar ganda dari nilai-nilai kita dan tatanan perdamaian kita,” ujarnya.

Menurut Steinmeier, untuk mempertahankan nilai-nilai, maka harus siap menanggung atau menerima “kerugian” signifikan. “Apakah kita siap untuk itu? Kita semua menghadapi pertanyaan ini hari ini dan di hari-hari, pekan-pekan, dan bulan-bulan mendatang,” ucapnya.

“Rusia tidak hanya mempertanyakan perbatasan, tidak hanya menduduki wilayah negara tetangga yang merdeka dan berdaulat, bahkan menantang kenegaraan Ukraina,” kata Steinmeier menambahkan.

Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Kini Moskow sudah berhasil merebut dan menguasai sebagian wilayah di timur Ukraina. Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, tak logis bagi negaranya untuk mengadakan pembicaraan damai dengan Ukraina dalam situasi seperti sekarang. Menurut dia, hingga saat ini Kiev belum menunjukkan iktikad untuk melakukan pembicaraan. “Tidak masuk akal dalam situasi saat ini,” kata Lavrov saat ditanya jurnalis dari media pemerintah Rusia tentang pembicaraan damai dengan Ukraina, Rabu (20/7/2022).

Lavrov mengungkapkan, kontak antara Rusia dan Ukraina sebagian besar telah terhenti sejak pertengahan April lalu. Menurut dia, sedari putaran pertama pembicaraan dengan Ukraina, Kiev tidak memiliki keinginan untuk membahas apa pun secara sungguh-sungguh. “Mereka tidak akan pernah bisa mengartikulasikan apa pun yang pantas mendapat perhatian serius dari orang-orang yang serius. Kami sudah mengetahuinya,” ujar Lavrov.

Sehari sebelumnya Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengungkapkan, tujuan operasi militer negaranya di Ukraina akan berhasil. Saat momen itu tiba, Moskow bakal menetapkan syarat untuk kesepakatan damai. “Rusia akan mencapai semua tujuannya. Akan ada perdamaian, dengan syarat kami,” kata Medvedev dalam sebuah unggahan di saluran Telegram, Selasa (19/7/2022).

Mantan presiden Rusia itu tak mengungkap detail tentang persyaratan apa yang kemungkinan diajukan Moskow.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement