Selasa 26 Jul 2022 23:45 WIB

Laju Pertumbuhan Ekonomi Korsel Melesat di Luar Ekspektasi

Pertumbuhan ekonomi Korsel melesat dipicu konsumsi kuat dan pelonggaran Covid-19

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Hal ini dipicu oleh konsumsi yang kuat bersamaan dengan pelonggaran pembatasan Covid-19 mengimbangi ekspor yang buruk.
Foto: EPA-EFE/JEON HEON-KYUN
Hal ini dipicu oleh konsumsi yang kuat bersamaan dengan pelonggaran pembatasan Covid-19 mengimbangi ekspor yang buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan (Korsel) melesat naik di luar ekspektasi pada kuartal kedua 2022. Hal ini dipicu oleh konsumsi yang kuat bersamaan dengan pelonggaran pembatasan Covid-19.

Bank of Korea (BoK) memperkirakan pada Selasa (26/7/2022) bahwa produk domestik bruto (PDB) negeri Gingseng untuk periode April-Juni naik 0,7 persen kuartal-ke-kuartal. Angka ini lebih cepat dari pertumbuhan 0,6 persen pada kuartal pertama dan di atas kenaikan 0,4 persen yang diperkirakan dalam survei oleh kantor berita Reuters.

Para ekonom mengatakan data optimistis memungkinkan bank sentral untuk melanjutkan pengetatan kebijakan dalam beberapa bulan mendatang. Sebelumnya, bank sentral Korea bulan ini memberikan kenaikan suku bunga 50 basis poin yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Perekonomian pasti akan melambat karena inflasi yang berkepanjangan dan pendinginan ekspor, tetapi data yang solid hari ini adalah dorongan yang baik bagi bank sentral yang melihat inflasi sebagai risiko utama untuk saat ini," kata Chun Kyu-yeon, ekonom di Hana Financial Investment.

BoK telah menaikkan suku bunga kebijakan dengan gabungan 1,75 poin persentase menjadi 2,25 persen dari rekor terendah 0,5 persen sejak Agustus tahun lalu. Ekonom memperkirakan suku bunga berada di 2,75 persen pada akhir tahun ini. Bank mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya pada 25 Agustus.

Konsumsi swasta melonjak 3,0 persen, yang terbaik dalam setahun, setelah penurunan 0,5 persen pada kuartal pertama karena pemerintah pada April menghapus hampir semua pembatasan jarak sosial Covid-19. Konsumsi yang kuat terjadi meskipun serangkaian agresif kenaikan suku bunga BoK sejak Agustus tahun lalu.

Perekonomian juga menerima dorongan dari peningkatan pengeluaran pemerintah setelah parlemen menyetujui anggaran tambahan 62 triliun won (47,33 miliar dolar AS) beberapa pekan setelah Presiden Yoon Suk-yeol menjabat pada awal Mei. Namun, ekspor dan pengeluaran perusahaan untuk fasilitas produksi merosot di tengah perlambatan ekonomi Cina dan dampak dari perang di Ukraina serta gelombang global pengetatan kebijakan moneter untuk memerangi inflasi.

Ekspor menyusut 3,1 persen pada periode April-Juni dari kuartal sebelumnya, penurunan terbesar dalam dua tahun. Investasi modal turun untuk kuartal keempat berturut-turut sebesar 1,0 persen menyusul kontraksi 3,9 persen pada periode Januari-Maret.

Negara dengan ekonomi terbesar keempat di Asia tumbuh 2,9 persen pada kuartal kedua tahun-ke-tahun, lebih cepat dari ekspektasi analis untuk pertumbuhan 2,5 persen. Namun lebih lambat dari pertumbuhan 3,0 persen pada kuartal pertama.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement