REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakin wabah monkeypox atau cacar monyet yang kini sudah menyebar ke puluhan negara bisa dihentikan. Hal itu dapat dilakukan dengan penerapan strategi tepat dan kerja sama antar para pihak.
“Saat ini kami masih percaya bahwa wabah cacar monyet ini dapat dihentikan dengan strategi yang tepat dalam kelompok yang tepat. Namun waktu terus berjalan dan kita semua harus bekerja sama untuk mewujudkannya,” kata pemimpin teknis WHO untuk penanganan cacar monyet, Rosamund Lewis, kepada awak media, Selasa (26/7/2022).
Dia menjelaskan, sekarang WHO masih bekerja untuk menentukan mekanisme koordinasi global guna menekan dan menghentikan penyebaran cacar monyet. “Saat ini, hal itu adalah sesuatu yang masih dalam diskusi,” ucap Lewis.
Akhir pekan lalu WHO telah menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Hingga status itu diumumkan, WHO sudah mengonfirmasi setidaknya 16 ribu kasus penyakit tersebut di lebih dari 75 negara. “Meskipun saya menyatakan PHEIC, untuk saat ini wabah (cacar monyet) terkonsentrasi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang memiliki banyak pasangan seksual,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Sabtu (23/7/2022).
Sudah muncul dugaan bahwa hubungan homoseksual menjadi pemicu utama penyebaran cacar monyet di Eropa dan Amerika. Sebelumnya penyakit tersebut hanya endemic di Afrika. Ghebreyesus menjelaskan, kendati telah dinyatakan sebagai PHEIC, risiko wabah cacar monyet moderat secara global, kecuali di Eropa.
Menurut Ghebreyesus, risiko penyebaran atau penularan penyakit cacar monyet tinggi di Benua Biru. Saat ini, sejumlah negara Eropa sudah mulai meluncurkan vaksinasi untuk mencegah perluasan infeksi penyakit tersebut.