Selasa 26 Jul 2022 21:15 WIB

Para Menteri di Prancis Diminta Beri Teladan Penghematan Energi ke Warga

Para menteri di Prancis diminta memberi teladan penghematan energi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pipa Nord Stream 1 Laut Baltik. Para menteri di Prancis telah diminta memberi teladan kepada warga dalam hal penghematan energi.
Foto: AP/Stefan Sauer/dpa
Pipa Nord Stream 1 Laut Baltik. Para menteri di Prancis telah diminta memberi teladan kepada warga dalam hal penghematan energi.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Para menteri di Prancis telah diminta memberi teladan kepada warga dalam hal penghematan energi. Permintaan itu muncul di tengah kekhawatiran krisis energi di Benua Biru akibat terpangkasnya suplai dari Rusia.

Dalam surat edaran yang dikirim pada Senin (26/7/2022), Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne menerbitkan instruksi untuk melakukan upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal “ketenangan energi” di pemerintahan Prancis. Langkah yang tercantum dalam surat edaran itu antara lain melengkapi bangunan dengan termostat, membatasi AC hanya jika suhu interior melebihi 26 derajat celcius, dan pemanas ruang digunakan hanya jika suhu di bawah 19 derajat celcius.

Baca Juga

Selain itu peralatan atau perangkat listrik diminta tak dibiarkan dalam keadaan siaga, padamkan lampu jika tidak diperlukan, dan menggunakan carpooling atau sepeda dalam bekerja.

“Langkah-langkah ini diperlukan, tidak hanya untuk meningkatkan ketenangan energi kita, tetapi juga untuk memberi contoh dan penerimaan upaya yang diperlukan masyarakat secara keseluruhan,” kata Elisabeth Borne dalam surat edarannya, dikutip Anadolu Agency.

Secara terpisah, pemerintah Prancis juga berupaya mengurangi konsumsi energi sebesar 10 persen selama dua tahun. Menteri Energi Prancis Agnes Pannier-Runacher telah mengumumkan pedoman serupa yang melarang iklan iluminasi antara pukul 01:00 dan 06:00 di mana pun, kecuali stasiun kereta api dan bandara.

Majelis Nasional Prancis juga mengadopsi langkah-langkah penghematan energi darurat untuk jangka waktu hingga lima tahun. Langkah-langkah ini mencakup pengalihan gas dari pembangkit listrik yang menghasilkan listrik ke jaringan pemanas untuk rumah tangga, dan bisnis, pembangunan terminal gas alam cair terapung sementara di pelabuhan Le Havre, dan pembukaan kembali sementara pembangkit listrik tenaga batu bara di Saint-Avold (Moselle) yang ditutup pada Maret 2022.

Pada Senin lalu, perusahaan energi milik pemerintah Rusia, Gazprom, mengumumkan bahwa mereka akan memangkas pasokan gas alam lewat pipa Nord Stream hingga 20 persen dari kapasitas. Gazprom mengungkapkan, mereka bakal memangkas suplai gas menjadi 33 juta meter kubik per hari mulai Rabu (27/7). Gazprom beralasan, langkah itu diambil karena adanya perbaikan peralatan.

Langkah Gazprom diperkirakan akan membuat krisis suplai gas di Eropa kian dalam. Kementerian Ekonomi Jerman telah mengkritik keputusan Gazprom. Berlin menilai, perbaikan peralatan hanyalah dalih dari Gazprom untuk melakukan pemangkasan pasokan gas lebih lanjut. Jerman menilai, langkah Gazprom adalah tindakan “politik” untuk menekan Barat dalam konteks perang di Ukraina.

Jaringan pipa Nord Strem membentang sepanjang 4.500 kilometer. Ia merupakan jalur pasokan gas dari Rusia ke Jerman. Pipa di wilayah Rusia dioperasikan oleh Gazprom. Menteri Energi Republik Ceko Jozef Sikela mengatakan, pemotongan suplai gas oleh Rusia merupakan bukti bahwa Eropa harus mengurangi ketergantungan energinya pada Moskow sesegera mungkin.

“Persatuan dan solidaritas adalah senjata terbaik yang kita miliki untuk melawan (Presiden Rusia Vladimir) Putin. Saya yakin itulah yang akan kita tunjukkan hari ini,” kata Sikela menjelang pertemuan menteri energi negara anggota Uni Eropa di Brussels, Belgia, Senin lalu, dilaporkan laman Euronews.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement