Rabu 27 Jul 2022 00:40 WIB

Alaska Dilanda Kebakaran Hutan Terbesar Hingga Bahayakan Pernapasan

Kebakaran yang melanda hutan Alaska tahun ini dinilai tak pernah terlihat sebelumnya

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Salah satu dari dua kebakaran di Yukon Delta National Wildlife Refuge di barat daya Alaska. Ilustrasi.
Foto: AP
Salah satu dari dua kebakaran di Yukon Delta National Wildlife Refuge di barat daya Alaska. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANCHORAGE — Kebakaran yang melanda hutan Alaska tahun ini dinilai jarang atau tidak pernah terlihat sebelumnya. Bencana kali ini, tepatnya Juni lalu, menjadi kebakaran hutan terbesar di wilayah barat daya.

Asap kobaran api meluas ratusan mil ke Laut Bering di Nome, di mana udara yang biasanya jernih menjadi masuk dalam kategori sangat tidak sehat. Dilansir laman AP pada Selasa (26/7/2022), sudah lebih dari 530 kebakaran hutan terjadi di area seukuran Connecticut dan menjadi yang terburuk.

Baca Juga

Beberapa penduduk terpaksa mengungsi dengan satu orang tewas dan pilot helikopter meninggal dunia. Guyuran hujan baru-baru ini telah sedikitnya membantu, tetapi prakiraan jangka panjang menunjukkan pola yang mirip dengan tahun 2004.

Di 2004, areal yang terbakar pada pertengahan Juli hampir sama dengan sekarang. Namun saat musim kebakaran berakhir, 10.156 mil persegi (26.304 kilometer persegi) hangus. “Frekuensi musim besar ini telah berlipat ganda dari apa yang terjadi pada paruh kedua abad ke-20,” kata Rick Thoman, spesialis iklim di University of Alaska’s International Arctic Research Center.

"Dan tidak ada alasan untuk berpikir itu tidak akan berlanjut,” lanjut dia.

Gelombang panas dan kekeringan, yang diperburuk oleh iklim yang memanas, membuat kebakaran hutan lebih sering terjadi. Hal itu merusak dan lebih sulit untuk dihindari di banyak tempat. Bulan ini, kebakaran hutan telah melanda Portugal, Spanyol, Prancis, Inggris, dan Jerman, yang mengalami suhu tertinggi.

California telah mencatat kebakaran hutan terbesar, paling merusak, dan mematikan dalam lima tahun terakhir. Dengan negara bagian yang dilanda kekeringan, otoritas bersiap untuk kemungkinan akhir musim panas dan musim gugur yang dipenuhi asap serta api.

Alaska, negara bagian terbesar di negara itu, juga telah mengalami kekeringan. Pada 31 Mei, sambaran petir di lapisan duff di Delta Yukon–Kuskokwim memicu kebakaran East Fork, sebuah area di barat daya Alaska yang jarang terbakar. Dua komunitas dengan populasi gabungan sekitar 700 terancam tetapi tidak ada evakuasi wajib yang diperintahkan dalam kebakaran hutan terbesar yang pernah ada di delta seluas 259 mil persegi itu (671 kilometer persegi).

Petugas pemadam kebakaran mampu melindungi masyarakat. Menurut Thoman, kebakaran seperti itu secara langsung disebabkan oleh perubahan iklim.

Ada lebih banyak vegetasi yang tumbuh di tundra, pohon willow dan alder lebih tebal di daerah transisi antara tundra dan hutan. Lalu cemara di sepanjang lembah sungai tumbuh lebih tebal dan bergerak lebih jauh menanjak dari lembah-lembah itu.

“Ada peningkatan signifikan dalam jumlah bahan bakar yang tersedia. Itu berasal dari dekade musim semi dan musim panas yang lebih hangat di wilayah tersebut akibat langsung dari iklim yang memanas,” katanya. 

Di Alaska, lebih dari separuh kebakaran hutan dimulai oleh petir dan sisanya disebabkan oleh manusia secara tidak sengaja, sengaja, atau karena kelalaian. Dari 4.687 mil persegi (12.140 kilometer persegi) yang terbakar sepanjang tahun ini, hanya dua mil persegi (lima kilometer persegi) yang berasal dari kebakaran akibat perilaku manusia.

Tahun ini, ada sekitar 145 ribu sambaran petir di Alaska dan daerah sekitarnya di Kanada, seperti yang dihitung oleh jaringan deteksi petir Bureau of Land Management. Sebanyak 42 persen terjadi antara 5-11 Juli ketika sistem cuaca menghasilkan hujan tetapi juga sekitar 50 kebakaran.

“Saya tidak akan pernah berpikir bahwa Anda bisa mendapatkan kualitas udara yang buruk sejauh 400 mil dari kebakaran aktif, dan itu adalah bukti betapa panasnya kebakaran itu,” kata Thoman.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement