REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada Senin (1/8/2022) mengatakan, China menjadi lebih tegas dalam mengejar kepentingannya di Pasifik. Namun di sisi lain, masih ada kepentingan bersama yang harus dikerjasamakan oleh kedua negara.
Selandia Baru telah memperkuat sikapnya pada keamanan dan kehadiran Beijing yang berkembang di Pasifik Selatan, sebagian karena penandatanganan pakta keamanan antara China dan Kepulauan Solomon awal tahun ini. Tetapi pada saat yang sama, perdagangan Selandia Baru tetap bergantung dengan China. Dalam pidatonya di China Business Summit di Auckland, Ardern mengatakan, ada pandangan Selandia Baru yang berbeda dari China.
"Kami juga akan mengadvokasi pendekatan dan hasil yang mencerminkan kepentingan dan nilai Selandia Baru, dan berbicara tentang isu-isu lainnya. Perbedaan kita tidak perlu mendefinisikan kita. Tapi kita tidak bisa mengabaikannya," kata Ardern.
Selandia Baru secara konsisten menyatakan keprihatinan tentang pemaksaan ekonomi, pelanggaran hak asasi manusia dan khususnya perlakuan China terhadap Uighur di Xinjiang. Selandia Baru termasuk pendukung demokrasi di Hong Kong. Selandia Baru juga prihatin tentang potensi militerisasi China di Pasifik.
Ardern menambahkan mengelola perbedaan dalam hubungan antara China dan Selandia Baru tidak akan selalu mudah. Dia menantikan kunjungan pemimpin China secara langsung dan berencana untuk memimpin delegasi bisnis ke Beijing. Ardern mengatakan, ada potensi kunjungan menteri luar negeri antara kedua negara.