REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kapal pertama yang membawa muatan gandum meninggalkan Ukraina dari pelabuhan Odesa pada pukul 05.30 waktu setempat pada Senin (1/8/2022). Kementerian Pertahanan Turki mengatakan, Kapal Razoni berbendera Sierra Leone, yang membawa muatan jagung akan berlayar menuju ke Lebanon.
Keberangkatan kapal pertama ini berlangsung setelah Rusia, Ukraina, Turki, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menandatangani perjanjian ekspor biji-bijian dan pupuk pada Juli. Kesepakatan itu bertujuan untuk memungkinkan perjalanan yang aman bagi pengiriman biji-bijian dari Chornomorsk, Odesa dan Pelabuhan Pivdennyi.
“Disepakati untuk kapal kargo berbendera Sierra Leone bernama Razoni, yang membawa jagung untuk berangkat dari pelabuhan Odesa pada 08.30 pagi (05.30 GMT) pada 1 Agustus untuk pergi ke Lebanon,” kata pernyataan Kementerian Pertahanan Turki.
"Pengerahan kapal lain direncanakan dalam lingkup koridor dan metode yang ditentukan sebagai bagian dari perjanjian 22 Juli," kata Kementerian Pertahanan Turki menambahkan.
Pejabat kepresidenan Ukraina mengatakan ada 17 kapal yang berlabuh di pelabuhan Laut Hitam Ukraina dengan muatan hampir 600 ribu ton kargo. Dari total jumlah tersebut, 16 kapal membawa gandum Ukraina dengan total tonase sekitar 580 ribu ton.
Pengiriman gandum dan biji-bijian Ukraina melalui laut telah terhenti sejak invasi Rusia pada Februari lalu. Hal ini memicu kenaikan harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk.
Moskow telah membantah bertanggung jawab atas krisis pangan. Mereka justru menyalahkan sanksi Barat karena memperlambat ekspor. Rusia juga menyalahkan Ukraina karena memasang ranjau di area pelabuhannya.
Sebuah pusat koordinasi didirikan di Istanbul untuk mengawasi kapal-kapal yang berangkat dari Ukraina. Pusat koordinasi itu juga memeriksa kapal-kapal yang masuk sebagai bagian dari perjanjian. Delegasi PBB, Rusia, Ukraina dan Turki bekerja di pusat koordinasi tersebut.
Rusia dan Ukraina adalah pemasok gandum global utama. Perjanjian bertujuan untuk meredakan krisis pangan dan mengurangi kenaikan harga biji-bijian global.