REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Lebih dari 90 persen orang terlantar di kamp-kamp pengungsian Suriah Utara khawatir tentang akses ke air di tengah musim panas yang terik. Tanggapan ini diungkap sebuah survei yang dirilis Kelompok Koordinasi Respons Suriah.
Saat menyoroti kebutuhan mereka, 92 persen pengungsi (IDP) yang disurvei menyatakan perlunya mengamankan subsidi air di dalam kamp dan meningkatkan jumlah mereka selama musim panas. Selain itu, 79 persen pengungsi khawatir tentang meningkatnya penyakit kulit di kamp-kamp sebagai akibat dari kurangnya ketersediaan air.
Dilansir The New Arab akhir pekan lalu, lebih dari 590 kamp dari 1.489 di barat laut menderita kekurangan pasokan air. Dengan tambahan 269 kamp tidak menerima jumlah air yang cukup, menurut kelompok respons.
Kelompok respons kemanusiaan menyurvei lebih dari 30 ribu pengungsi dengan tujuan menyoroti kebutuhan dasar mereka di tengah kenaikan suhu yang terus meningkat. Media Suriah menyebut suhu telah mencapai 44 derajat Celsius dan panas diperkirakan akan terus berlanjut.
Perjuangan para pengungsi yang sudah hidup dalam kondisi sulit di tengah kekurangan kebutuhan dasar dan bantuan kemanusiaan ini diperparah oleh kurangnya sumber daya air karena sebagian besar dari mereka bergantung terutama pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. “Kami mendesak organisasi kemanusiaan untuk mengambil tanggung jawab mereka terhadap para pengungsi di kamp-kamp di barat laut Suriah, yang dihuni oleh lebih dari satu setengah juta warga sipil, dalam menghadapi suhu yang meningkat,” kata Kelompok Koordinasi Respons Suriah awal bulan ini.
Kelompok tersebut meminta organisasi kemanusiaan untuk menyediakan air dan peralatan pemadam kebakaran dan untuk mendinginkan kamp-kamp sehingga para pengungsi dapat lebih siap menghadapi musim panas. IDP meninggalkan rumah mereka selama perang saudara Suriah selama satu dekade, yang telah menewaskan lebih dari 500 ribu orang, sebagian besar di tangan rezim Suriah dan sekutunya Rusia.