Ahad 07 Aug 2022 10:26 WIB

Apa Alasan Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat ke Taiwan yang Bikin China Geram?

Apa Alasan Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat ke Taiwan yang Bikin China Geram?

Rep: Paul Johnson/ Red:
Apa Alasan Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat ke Taiwan yang Bikin China Geram?
Apa Alasan Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat ke Taiwan yang Bikin China Geram?

China menunjukkan rasa marahnya dengan kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan dengan melakukan sejumlah aktivitas militer di dekat perairanTaiwan.

Nancy menjadi pejabat senior Amerika Serikat pertama yang mengunjungi Taiwan dalam 25 tahun terakhir.

Ia juga tampil di hadapan parlemen Taiwan dan mengatakan Taiwan sebagai salah satu negara di dunia yang "paling bebas".

Ia juga menyampaikan keinginannya untuk meningkatkan kerja sama dengan Taiwan.

"Kami datang karena persahabatan. Kami berterima kasih atas kepemimpinan Anda. Kami ingin dunia mengakui itu," kata Nancy.

"Taiwan adalah inspirasi bagi semua orang yang mencintai kebebasan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Dari tantangan yang sulit, Anda telah membentuk demokrasi yang berkembang, salah satu yang paling bebas di dunia, dengan bangga dipimpin oleh seorang presiden perempuan."

Nancy menggambarkan kunjungannya ke Taiwan memiliki tiga tujuan: "Satu adalah untuk keamanan, keamanan bagi rakyat kami, keamanan global. Dua adalah untuk ekonomi dengan menyebarkan kemakmuran sebanyak mungkin, dan ketiga adalah untuk pemerintah."

Sejumlah bentuk kritikan terhadap China

Jika China merasa marah dengan Nancy, kunjungannya ke Taiwan bukan satu-satunya hal yang ia lakukan.

Saat ia baru saja dua bulan duduk di parlemen Amerika Serikat, Pemerintah China sedang menindak demonstrasi pro-demokrasi yang digagas mahasiswa pada 4 Juni 1989 dan menewaskan ribuan pengunjuk rasa. 

Dua tahun kemudian, Nancy berkunjung ke China dengan datang ke Lapangan Tianmen sambil membentang spanduk yang mengenang mereka yang tewas. Hal ini membuat Pemerintah China geram.

Di tahun 1993, Nancy sudah menolak China untuk tidak menjadi tuan rumah olimpiade karena ia menganggap China memiliki catatan buruk soal hak asasi manusia.

Ia juga meminta Kongres dan presiden Amerika Serikat saat itu, George W Bush, untuk memboikot Olimpiade Musim Panas 2008 di China, meski usahanya tidak berhasil.

Pada tahun 2022 ini, Nancy kembali menyerukan boikot terhadap Olimpiade Musim Dingin di Beijing, karena ia mengkritik perlakuan China terhadap warga Uyghur dan minoritas lainnya.

Di tahun 2008 ia juga mengecam China yang dianggapnya menindas Tibet. Selama dua tahun di tahun 2002 dan 2009, Nancy juga pernah mengirimkan surat kepada presiden China saat itu, Hu Jintao untuk membebaskan tahanan politik dari Tibet. 

Kemudian di tahun 2015 Nancy bertemu dengan Dalai Lama, seorang tokoh yang dianggap sebagai pemberontak oleh China.

China anggap bermain dengan api

Tidak lama setelah kedatangan Nancy ke Taiwan, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengeluarkan kecaman keras terhadap Amerika Serikat.

"

"Beberapa politisi Amerika bermain dengan api dalam masalah Taiwan," kata Wang Yi dalam sebuah peryataan.

"

Kementerian Luar Negeri China juga dilaporkan sudah memanggil duta besar Amerika Serikat di kota Beijing untuk mempertanyakan maksud kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy ke Taiwan.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan Amerika Serikat tidak akan merasa terintimidasi oleh ancaman China dan menegaskan kunjungan Nancy bukan jadi alasan terciptanya krisis dan konflik.'

"Kami akan terus mendukung Taiwan, mempertahankan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka dan tetap membuka komunikasi dengan Beijing," kata John dalam jumpa pers di Gedung Putih, sambil menambahkan bahwa Amerika Serikat tidak akan terlihat dalam adu mulut dengan China.

John mengatakan China mungkin akan terlibat dalam menekan Taiwan secara ekonomi dan menurutnya dampak hubungan AS-China akan tergantung pada tindakan Beijing selama beberapa hari dan minggu ke depan.

Nancy, yang kini berusia 82 tahun, adalah teman dekat Presiden Joe Biden dan menjadi tokoh penting dalam meloloskan berbagai agenda pemerintahan yang dibahas di Kongres.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement