REPUBLIKA.CO.ID., ISTANBUL -- Arab Saudi pada Rabu (3/8/2022) menyambut baik perpanjangan gencatan senjata yang ditengahi PBB di Yaman untuk dua bulan kedepan.
Dalam sebuah pernyataan di kantor berita SPA, Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan pihaknya menyambut baik perpanjangan gencatan senjata di Yaman selama dua bulan lagi.
"Kerajaan menegaskan kembali dukungannya terhadap semua upaya yang dipimpin PBB untuk mencapai solusi politik permanen untuk krisis di Yaman dan mengakhiri penderitaan rakyat Yaman," kata pernyataan itu.
Kementerian menggarisbawahi pentingnya komitmen Houthi terhadap gencatan senjata dan “membuka penyeberangan di Taiz (di Yaman tengah) untuk meringankan penderitaan kemanusiaan” di sana.
Pada Selasa, Utusan Khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg memuji pencapaian tersebut dan mendesak semua pihak untuk berjuang demi perdamaian abadi.
"Dalam beberapa minggu mendatang, saya akan mengintensifkan keterlibatan dengan para pihak bertikai untuk memastikan implementasi penuh dari semua kewajiban dalam gencatan senjata. Ini harus mencakup implementasi aturan penerbangan dari tujuan yang disepakati dan Sana'a. Bandara Internasional dan jumlah kapal BBM yang masuk ke Pelabuhan Hudaydah, sebagaimana diatur dalam perjanjian gencatan senjata," katanya.
“Penting juga untuk membuat kemajuan dalam pembukaan jalan di Taiz dan provinsi lainnya untuk memfasilitasi kebebasan pergerakan jutaan wanita, pria dan anak-anak Yaman, dan barang-barang.”
Perpanjangan gencatan senjata disambut oleh pihak-pihak yang bertikai.
Di bawah gencatan senjata, yang pertama kali dicapai pada 2 April, semua operasi militer dihentikan.
Perjanjian tersebut juga memungkinkan pengoperasian penerbangan komersial dari Bandara Sana'a yang dikuasai pemberontak di ibukota Yaman. Yaman telah dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran merebut sebagian besar negara itu, termasuk Sana'a.
Houthi tetap mengendalikan ibu kota serta sebagian besar wilayah meskipun operasi militer Arab Saudi dan sekutunya sejak 2015 bertujuan menggulingkan mereka dan memulihkan pemerintah Yaman.
Sebuah koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi memasuki perang pada awal 2015 untuk mengembalikan pemerintah Yaman ke tampuk kekuasaan.
Konflik delapan tahun telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan jutaan orang menderita kelaparan.