REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- PBB menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya eskalasi di Jalur Gaza. Ia secara khusus menyoroti tewasnya anak berusia lima tahun di Gaza akibat serangan udara Israel.
“Saya sangat prihatin dengan eskalasi yang sedang berlangsung (di Jalur Gaza),” kata Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland, Sabtu (6/8/2022), dilaporkan laman kantor berita Palestina, WAFA.
Wennesland mengaku sedih atas kabar tewasnya anak berusia lima tahun di Gaza akibat serangan udara Israel. “Tidak ada pembenaran untuk setiap serangan terhadap warga sipil,” ujarnya.
Dia memperingatkan, eskalasi, jika terus berlanjut, akan sangat berbahaya. Oleh sebab itu Wennesland menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan tak memperuncing lagi situasi.
“PBB sepenuhnya terlibat dengan semua pihak dalam upaya untuk menghindari konflik lebih lanjut yang akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan, terutama bagi warga sipil,” ucapnya.
Pada Jumat (5/8/2022) lalu, Israel melancarkan serangan udara ke Gaza. Mereka membidik markas atau situs kelompok Jihad Islam. Komandan Jihad Islam, Tayseer al-Jaabari, dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Israel pun mengklaim berhasil membunuh 15 “teroris” lainnya.
“Israel melakukan operasi kontra-teror yang tepat terhadap ancaman langsung,” kata Perdana Menteri Israel Yair Lapid dalam sebuah pernyataan yang disiarkan stasiun televisi Israel.
Lapid menegaskan, Israel akan melakukan apa pun untuk membela rakyatnya. “Pertarungan kami bukan dengan rakyat Gaza. Jihad Islam adalah proksi Iran yang ingin menghancurkan Israel dan membunuh warga Israel yang tak bersalah,” ucapnya.
Kendati membidik markas atau situs Jihad Islam, menurut pejabat kesehatan di Gaza, serangan udara Israel pada Jumat lalu turut menewaskan 10 orang, termasuk anak berusia lima tahun. Sebanyak 55 orang lainnya juga mengalami luka-luka. Jihad Islam akhirnya membalas serangan Israel pada Jumat malam. Mereka meluncurkan lebih dari 100 roket ke kota-kota di Israel selatan dan tengah, termasuk Tel Aviv.
Serangan roket Jihad Islam memicu sirene di daerah Israel selatan dan tengah. Di Tel Aviv, sejumlah saksi mengatakan, mereka mendengar adanya ledakan. Namun sirene di sana tak berdengung. Sementara itu, stasiun televisi Israel menampilkan bagaimana sejumlah roket yang diluncurkan Jihad Islam ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Iron Dome.
Menurut layanan ambulans Israel, tak ada korban jiwa akibat serangan Jihad Islam. Jihad Islam terbentuk di Gaza pada 1980-an. Mereka menentang dialog dengan Israel dan dianggap memiliki kedekatan dengan Iran. Jihad Islam terpisah dari Hamas. Namun kedua kelompok itu umumnya selalu bekerja sama melakukan perlawanan terhadap Israel.