REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri luar negeri Turki pada Kamis (4/8/2022) mengatakan kesepakatan ekspor gandum yang ditandatangani di Istanbul harus "berkelanjutan" dan bisa menjadi dasar untuk "gencatan senjata yang komprehensif".
"Itu harus berkelanjutan, dan durasi perjanjian ini selama empat bulan," kata Mevlut Cavusoglu saat konferensi pers bersama dengan timpalannya dari Malaysia Saifuddin Abdullah di Kuala Lumpur.
Dia menambahkan kesepakatan ekspor gandum akan diperpanjang jika tidak ada keberatan sebelum berakhirnya perjanjian.
Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina menandatangani kesepakatan pada 22 Juli untuk membuka kembali tiga pelabuhan Ukraina - Odesa, Chernomorsk, dan Yuzhny - untuk gandum yang telah macet selama berbulan-bulan karena perang berkelanjutan Rusia melawan Ukraina.
Untuk mengawasi ekspor biji-bijian Ukraina, pusat koordinasi bersama di Istanbul secara resmi dibuka pada Rabu lalu, yang terdiri dari perwakilan dari Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina untuk memungkinkan transportasi yang aman.
Memperhatikan bahwa kapal yang membawa jagung dari Ukraina terus berlayar menuju Libanon setelah inspeksi dilakukan di JCC, Cavusoglu mengatakan jika kesepakatan diperpanjang tanpa ada keberatan, maka "Rusia juga akan dapat mengekspor biji-bijiannya sendiri dan produk terkait serta pupuk."
Dia menekankan bahwa seluruh dunia membutuhkan barang-barang yang berasal dari Ukraina dan Rusia ini.
Kesepakatan gandum “harus berkelanjutan, dan setiap orang harus bertindak secara bertanggung jawab dan berpegang teguh pada komitmen untuk melanjutkan ekspor ini. Dan saya harus memberitahu Anda bahwa situasinya rapuh, karena perang di Ukraina terus berlanjut," tambah Cavusoglu.
Mengekspresikan harapan Turki agar kesepakatan itu menjadi "dasar untuk gencatan senjata yang komprehensif dan perdamaian abadi", Cavusoglu lebih lanjut menegaskan upaya berkelanjutan negaranya untuk mengakhiri perang di Ukraina dan mencatat "kebutuhan untuk mendukung masyarakat internasional untuk mengakhiri perang."