Rabu 10 Aug 2022 07:07 WIB

Ukraina Evakuasi 3.000 Warganya dari Donetsk

Donetsk telah berada di bawah kendali parsial kelompok separatis yang didukung Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Seorang pria mengendarai sepeda melewati sebuah bangunan yang rusak dalam penembakan Rusia di Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, Senin, 20 Juni 2022. Ukraina Evakuasi 3.000 Warganya dari Donetsk
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang pria mengendarai sepeda melewati sebuah bangunan yang rusak dalam penembakan Rusia di Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, Senin, 20 Juni 2022. Ukraina Evakuasi 3.000 Warganya dari Donetsk

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina telah mengevakuasi lebih dari 3.000 warganya dari wilayah Donetsk timur. Kiev sudah meluncurkan evakuasi wajib dari wilayah itu pekan lalu menyusul gempuran serangan Rusia.

 

Baca Juga

“Dalam enam hari terakhir, lebih dari 3.000 warga dievakuasi, termasuk hampir 600 anak-anak dan 1.400 perempuan. Evakuasi wajib terus berlanjut,” kata wakil kepala kantor kepresidenan Ukraina, Kyrylo Timoshenko, Selasa (9/8/2022).

 

Timoshenko mengungkapkan, sejak Rusia melancarkan serangan pada 24 Februari lalu, Ukraina sudah mengevakuasi sekitar 1,3 juta orang dari Donetsk. “Sekarang di daerah tersebut terdapat populasi 350 ribu orang, termasuk 50 ribu anak-anak,” ucapnya.

 

Saat ini, Donetsk telah berada di bawah kendali parsial kelompok separatis yang didukung Rusia sejak 2014. Sejak peperangan pecah pada Februari lalu, Donbas sudah menjadi pusat pertempuran pasukan Rusia dan Ukraina. Moskow telah berhasil menguasai Luhansk dan tengah berusaha mengambil alih Donetsk. Sebelum melancarkan serangan pada 24 Februari lalu, Rusia sudah terlebih dulu mengakui kemerdekaan dua wilayah tersebut.

 

Sejak 2014, wilayah Luhansk dan Donetsk sudah dikuasai oleh kelompok separatis pro-Rusia. Selain Rusia, terdapat dua negara lain yang telah mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk, yakni Suriah dan Korea Utara (Korut). Ukraina telah memutuskan hubungan diplomatik dengan kedua negara tersebut. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement