Rabu 10 Aug 2022 16:29 WIB

Warga Taiwan tidak Khawatir dengan Ancaman China

Warga Taiwan menilai perilaku China sangat kekanak-kanakan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua China ini, fregat angkatan laut Taiwan Lan Yang terlihat dari geladak kapal militer China selama latihan militer pada hari Jumat, 5 Agustus 2022. China mengadakan latihan di perairan sekitar Taiwan sebagai tanggapan atas serangan baru-baru ini. kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi.
Foto:

Sebagian besar orang di Taiwan mengatakan, mereka telah terbiasa dengan keributan selama beberapa dekade. Mereka tidak khawatir dengan meningkatnya ancaman dari China. Taiwan telah hidup di bawah ancaman invasi China sejak 1949. Tepatnya ketika pemerintah Republik China melarikan diri ke Taiwan setelah kalah dalam perang saudara dengan Partai Komunis Mao Zedong. Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan oleh Asosiasi Riset Opini Publik China Taiwan menunjukkan, 60 persen responden tidak begitu khawatir atau tidak khawatir sama sekali bahwa akan ada perang antara Taiwan dan China.  

"Kami tidak merasa gugup. Tidak ada hal istimewa yang akan terjadi," ujar seorang pegawai negeri di Taiwan, Jenny Cheng (23 tahun).

Pendiri dan mantan pemimpin produsen chip Taiwan United Microelectronics Corp, Robert Tsao, pekan lalu berjanji untuk menyumbangkan 3 miliar dolar NT atau setara 100 juta dolar AS untuk membantu Taiwan memperkuat pertahanannya. China akan melakukan lebih banyak latihan yang berfokus pada operasi anti-kapal selam dan serangan laut. Operasi ini membenarkan kekhawatiran beberapa analis keamanan dan diplomat bahwa, China akan terus menekan pertahanan Taiwan. 

Pekan lalu, China menggelar latihan militer di sekitar Pulau Liuqiu. Pulau ini merupakan tempat wisata yang dikenal dengan keindahan pantai dan panorama alamnya. Sebagian besar pemilik bisnis wisata di pulau tersebut tidak merasakan dampak signifikan akibat latihan militer China. 

Seorang pemilik hostel di Pulau Liuqiu, Chung Ping, mengatakan, situasi di pulau tersebut masih normal. Sejauh ini tidak ada wisatawan yang membatalkan pemesanan.

 

"Rasanya sangat normal. Tidak mungkin konflik akan terjadi," ujar Chung.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement