REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Hujan terberat di Seoul dalam 115 tahun telah mendorong ibu kota Korea Selatan itu untuk menghidupkan kembali rencana senilai 1,15 miliar dolar AS. Dana ini untuk memperbaiki drainase setelah banjir menggenangi beberapa distrik akibat cuaca ekstrem yang didorong oleh perubahan iklim.
Setelah hujan deras, Wali Kota Seoul Oh Se-hoon mengumumkan pada Rabu (10/8/2022), bahwa kota tersebut akan menghabiskan 1,5 triliun won atau 1,15 miliar dolar AS dalam dekade berikutnya. Dana ini untuk membangun enam terowongan bawah tanah besar untuk menyimpan dan melepaskan air hujan untuk mencegah banjir.
"Kerusakan dari rekor curah hujan ini menunjukkan bahwa ada batasan dengan tindakan pengendalian air jangka pendek ketika kondisi cuaca yang tidak biasa akibat pemanasan global telah menjadi umum," kata Oh.
Oh bersumpah untuk membangun sistem di seluruh kota yang mampu menangani 100 mm curah hujan satu jam dari arus 95 mm. Pembangunan kota ini berarti peningkatan trotoar dan permukaan kedap air, yang menyebabkan limpasan lebih tinggi dan lebih banyak banjir.
Lebih dari 50 persen wilayah Seoul tidak dapat ditembus. Angka persentase jauh lebih tinggi di distrik Gangnam yang makmur dengan jalan-jalan lebar dan gedung perkantoran.
"Ini selalu merupakan permainan jungkat-jungkit antara biaya dan keamanan," kata profesor teknik sipil di University of Seoul Moon Young-il. "Kita perlu menemukan titik keseimbangan dan 100 mm tampaknya cukup masuk akal," katanya.
Seoul tidak memiliki rencana terperinci untuk pengendalian air. Moon menyatakan, kota itu tumbuh dari kota berpenduduk dua hingga tiga juta orang pada 1960-an menjadi kota dengan lebih dari 10 juta pada 1990-an.