Senin 15 Aug 2022 14:03 WIB

Peringati HUT RI yang Ke-77, Atdikbud Canberra Gelar Workshop Batik Kontemporer

Workshop batik ini merupakan bagian dari promosi dan diplomasi budaya.

Dalam rangka memeriahkan HUT RI yang ke-77, kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, Australia  menyelenggarakan workshop membatik kontemporer, Senin  (15/8/2022).
Foto: Dok KBRI Canberra
Dalam rangka memeriahkan HUT RI yang ke-77, kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, Australia menyelenggarakan workshop membatik kontemporer, Senin (15/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke-77, kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra menyelenggarakan workshop membatik kontemporer, Senin  (15/8/2022). Kegiatan ini diikuti oleh para guru di sekolah-sekolah Canberra dan para istri duta besar dari berbagai negara yang sedang bertugas di Canberra, Australia. 

Menurut Atdikbud Canberra, Mukhamad Najib, kegiatan ini merupakan bagian dari promosi dan diplomasi budaya. Adapun tujuan workshop ini adalah untuk mengenalkan salah satu warisan dunia milik Indonesia, yaitu batik kepada para guru dan masyarakat dunia yang ada di Canberra. Khusus untuk para guru, Najib berharap agar para guru bisa lebih dekat dengan Indonesia dan kelak bisa memberikan perspektif baru mengenai kekayaan budaya Indonesia kepada pasa siswanya. 

 “Tentu banyak orang yang sudah tahu kalau batik merupakan warisan dunia tak benda milik Indonesia. Namun di sini kita ingin mengenalkan kepada para guru cara membuat batik dengan tema kontemporer. Kami berharap para guru memiliki pengalaman yang menarik dalam workshop ini. Dengan mengenalkan teknik membatik kontemporer, kami juga berharap agar dunia semakin tau bahwa batik Indonesia bisa beradaptasi dengan situasi kekinian,”  ujar Najib dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (15/8/2022).

Batik kontemporer,  menurut Najib,  memiliki sejumlah perbedaan dengan batik klasik. “Batik klasik lebih bersifat tradisional dengan motif yang sudah digunakan secara turun-temurun. Dalam batik tradisional, identitas budaya sangat kuat bahkan ada nuansa spiritual maupun mistis. Warnanya juga cenderung gelap dengan corak simbolik seperti parang, kawung, dan lain sebagainya. Sementara batik kontemporer cenderung lebih bersifat dinamis dengan corak warna yang lebih cerah. Dari sisi desain atau motif, batik kontemporer tidak terpaku pada motif lama”, jelas Najib.

Adapun batik kontemporer yang diajarkan dalam workshop batik di KBRI Canberra adalah menggambar motif batik dengan pendekatan tematik kekinian. Sehingga tidak terpaku pada pakem motif batik yang sudah ada seperti batik motif parang, motif kawung, motif sogan dan motif lain yang sudah banyak dikenal. Instruktur batik asal Yogyakarta, Dias Prabu, menyebut motif batiknya sebagai Batik Kontemporer “Flowing Lifelines”. “Batik kontemporer sangat cocok untuk semangat kemerdekaan karena seni batik kontemporer mengajak kita merdeka dari pola-pola lama,” ujarnya.

photo
Para guru di sekolah-sekolah Canberra dan para istri duta besar dari berbagai negara yang sedang bertugas di Canberra mengikuti workshop membatik kontemporer yang diadakan oleh Atdikbud KBRI Canberra, Senin (15/8/2022).  (Foto: Dok KBRI Canberra)

Menurut Dias, desain yang dikembangkan dalam batik kontemporer dapat berasal dari cerita rakyat dan legenda Indonesia. Semua cerita ditampilkan secara kontemporer namun tetap tidak kehilangan identitas Indonesianya. “Dapat dikatakan batik kontemporer yang kita kembangkan ini adalah batik tematik atau batik yang bercerita. Khusus untuk di Australia ini kita mencoba merangkai sejarah kedekatan Indonesia dan Australia di masa lalu melalui sebuah batik. Jadi batik yang dihasilkan membawa tema hubungan Australia Indonesia,”  ungkap Dias.

Workshop batik kontemporer ini melewati beberapa proses pengerjaan, yaitu: pembuatan sketsa, proses mencanting, pewarnaan, pelorotan hingga pengeringan. Proses yang memakan waktu pengerjaan selama tiga  jam ini cukup untuk menghasilkan karya batik yang utuh. Sehingga peserta dapat membawa ke rumah hasil karyanya masing-masing. Setiap peserta yang mengikuti workshop ini mendapatkan satu set alat dan bahan untuk membuat karya gambar batik. Alat tersebut adalah kain, malam, canting, dan bahan kelengkapan untuk melorot.

Guru-guru di sekolah Canberra mengaku senang mengikuti workshop batik kontemporer di KBRI Canberra. Guru-guru sangat kagum dengan kesenian batik dan merasa beruntung bisa mencoba secara langsung bagaimana menggambar batik.

Salah seorang guru dari sekolah Canberra, Ms Yumi  mengatakan,  seni membatik ini luar biasa. Meski saat ini sudah ada batik cetak, namun batik yang digambar secara manual memberikan daya tarik tersendiri. “Saya baru kali ini mencoba menggambar batik, ternyata tidak mudah ya. Tapi buat saya ini menarik dan mengasyikkan”, ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement