REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Vladimir Putin pada Senin (14/8/2022) mengatakan, Rusia siap menjual senjata canggih kepada sekutu secara global. Rusia juga siap bekerja sama dengan sekutu dalam mengembangkan teknologi militer.
Putin menekankan, persenjataan buatan Rusia cukup kompetitif selama bertahun-tahun. Rusia memiliki hubungan yang kuat dengan Amerika Latin, Asia dan Afrika. Rusia siap untuk memasok senjata ringan hingga kendaraan lapis baja, artileri, pesawat tempur dan drone kepada negara-negara di wilayah tersebut. Rusia juga akan menawarkan senjata presisi tinggi dan robotika.
"Hampir semuanya (persenjataan buatan Rusia) telah digunakan lebih dari satu kali dalam operasi tempur nyata. Banyak dari persenjataan tersebut secara signifikan lebih unggul dalam hal karakteristik taktis dan teknis dari senjata lainnya," ujar Putin.
Rusia menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dengan penjualan senjata sekitar 15 miliar dolar AS per tahun, atau hampir seperlima dari pasar ekspor global. Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, dari 2017-2021, sebanyak 73 persen penjualan senjata Rusia masuk ke empat negara yaitu India, Cina, Mesir, dan Aljazair. Analis militer Barat mengatakan, perjuangan Rusia melawan musuh yang jauh lebih kecil di Ukraina dapat merusak penjualan senjata yang diunggulkan Putin.
"Dengan runtuhnya hubungan ekonomi dengan Barat, Rusia bahkan lebih bergantung pada perdagangan senjata daripada sebelumnya, jadi tidak mengherankan jika Putin sangat ingin mempromosikannya ke sebanyak mungkin pelanggan non-Barat," kata dosen senior di Departemen Studi Perang di King's College London, Ruth Deyermond.
"Masalah besar baginya adalah bahwa perang Rusia melawan Ukraina telah menjadi bencana bagi kredibilitas militer Rusia, kinerja mereka telah menjadi iklan yang sangat buruk untuk senjata mereka," tambah Deyermond.
Seorang pensiunan Jenderal AS Ben Hodges mengutip penilaian oleh pejabat pertahanan AS bahwa, Rusia menderita tingkat kegagalan setinggi 60 persen untuk beberapa rudal berpemandu presisi. Sanksi Barat yang dijatuhka terhadap Rusia menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Moskow untuk mendapatkan komponen, dan menyediakan perawatan untuk senjata yang dijualnya.
"Sebagai pembeli saya akan sangat prihatin dengan kualitas peralatan dan kemampuan industri Federasi Rusia untuk mempertahankannya," kata Hodges, yang merupakan mantan komandan pasukan Angkatan Darat AS di Eropa.
Ukraina telah menggunakan persenjataan yang dipasok AS secara efektif, terutama Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), dan Rusia telah menerima serangkaian pukulan besar. Salah satunya ledakan di pangkalan udara di semenanjung Krimea pekan lalu. Menurut citra satelit Serangan ini menghancurkan setidaknya delapan pesawat yang diparkir di pangkalan tersebut. Meski demikian, Putin mengatakan pasukan Rusia dan proksinya di wilayah Donbas di Ukraina timur, telah memenuhi semua tugas mereka.
"Selangkah demi selangkah mereka membebaskan tanah Donbas," kata Putin.