REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Israel mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan lima anak Palestina dalam serangan udara di pemakaman Fallujah di Kota Jabalia, Jalur Gaza utara pada 7 Agustus lalu. Pengakuan ini muncul setelah awalnya Israel mengklaim, anak-anak tersebut tewas akibat rudal yang ditembakkan oleh kelompok Jihad Islam.
"Pejabat pertahanan Israel telah mengkonfirmasi bahwa, Israel bertanggung jawab atas kematian lima anak di bawah umur dalam hari-hari terakhir pertempuran dengan Jihad Islam bulan ini," ujar laporan surat kabar Haaretz.
Haaretz melaporkan, sebuah penyelidikan militer atas insiden yang terjadi pada 7 Agustus di Pemakaman Al-Faluja di timur Jabalya, telah menyimpulkan bahwa, anak-anak di bawah umur tewas oleh serangan udara Israel. Beberapa sumber pertahanan telah mengkonfirmasi hasil penyelidikan tersebut.
Lima korban serangan udara di pemakaman itu diidentifikasi sebagai Jamil Al-Din Nijm (3 tahun), Jamil Ihab Nijm (13 tahun), Mohammad Salah Nijm, (16 tahun), Hamed Haidar Nijm (16 tahun), dan Nathmi Abu Karsh (15 tahun).
Pada Jumat (5/8/2022) lalu, Israel melancarkan serangan udara ke Gaza. Mereka membidik markas atau situs kelompok Jihad Islam. Serangan ini menewaskan dua komandan senior Jihad Islam.
Pertempuran kemudian berlanjut hingga Sabtu (6/8/2022) dan Ahad (7/8/2022). Militer Israel mengatakan, sebuah roket yang ditembakkan oleh gerilyawan Palestina menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak, pada Sabtu malam di Kota Jabaliya, Gaza utara. Militer Israel telah menyelidiki insiden itu dan menyimpulkan bahwa, serangan itu disebabkan oleh salah tembak dari kubu Jihad Islam.
Surat kabar Haaretz melaporkan, penyelidikan militer terkait insiden lain yang menewaskan delapan warga sipil Palestina, termasuk anak-anak di Gaza adalah akibat dari roket Jihad Islam yang gagal ditembakkan. Surat kabar itu menyatakan, orang-orang Palestina telah mengklaim delapan orang tewas akibat serangan Israel. Tetapi militer Israel merilis bukti yang menunjukkan bahwa mereka tewas akibat serangan kelompok Jihad Islam.
"Kami tidak melakukan serangan di daerah itu, tidak di daerah perkotaan dan tidak pada waktu itu," ujar juru bicara militer Israel, Ran Kochav, dilansir Middle East Monitor, Rabu (17/8/2022).
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, serangan Israel di Gaza telah menewaskan 49 orang, termasuk 17 anak-anak dan empat wanita. Sementara 360 lainnya luka-luka. Beberapa rumah hancur akibat serangan tersebut. Kelompok Jihad Islam menembakkan lebih dari 1.000 roket ke Israel, sehingga membuat penduduk daerah selatan dan kota-kota besar termasuk Tel Aviv melarikan diri ke tempat penampungan.
Israel dan kelompok bersenjata Palestina, Jihad Islam kemudian mengumumkan gencatan senjata, yang dimulai pada 7 Agustus pukul 23:30 waktu setempat. Gencatan senjata itu dimediasi oleh Mesir, dengan bantuan dari PBB dan Qatar. Sekretaris Jenderal Jihad Islam, Ziad al-Nakhala, mengatakan salah satu perjanjian kunci dalam gencatan senjata itu adalah Mesir memberikan jaminan akan membebaskan dua pemimpin Jihad Islam yang ditahan oleh Israel.