Kamis 18 Aug 2022 11:52 WIB

Tiga Pimpinan Ini Bertemu Bahas Ekspor Biji-bijian dan PLTN

Pertemuan akan membahas cara-cara untuk meningkatkan ekspor biji-bijian.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sebuah kapal dengan pejabat Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB menuju ke kapal kargo berbendera Sierra Leone Razoni, untuk memeriksa apakah pengiriman biji-bijian sesuai dengan kesepakatan penting yang ditandatangani bulan lalu oleh Moskow dan Kyiv, di area inspeksi di Black Laut lepas pantai Istanbul, Turki, Rabu, 3 Agustus 2022. Kapal kargo Razoni, memuat 26.000 ton jagung, berlayar dari Odesa Ukraina pada Senin, menuju tujuan akhir, Lebanon.
Foto:

Kantor Erdogan mengatakan, presiden Turki akan membahas cara-cara untuk meningkatkan ekspor biji-bijian. Dia pun akan membahas langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengakhiri perang antara Ukraina dan Rusia melalui cara-cara diplomatik.

Erdogan juga akan menyinggung semua aspek hubungan bilateral antara Ankara dan Kiev selama pertemuannya dengan Zelenskyy. Turki telah mengkritik invasi Rusia dan memberi Ukraina senjata, termasuk pesawat tak berawak, sementara menolak untuk bergabung dengan Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, sebuah sikap yang dikatakan telah membantu upaya mediasinya menuai hasil.

Topik kunci lain dari pertemuan ketiga pihak itu adalah situasi yang mengkhawatirkan di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas penembakan di dekat pembangkit nuklir Ukraina timur yang diambil alih oleh pasukan Rusia pada tahap awal yang menurut Rusia adalah operasi militer khusus. Pabrik masih dioperasikan oleh teknisi Ukraina.

Guterres terakhir mengunjungi Ukraina pada bulan April. Menurut Rusia, dia membahas kondisi untuk fungsi yang aman dari pembangkit nuklir dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada pekan ini.

PBB mengatakan, dapat membantu memfasilitasi kunjungan inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke Zaporizhzhia dari Kiev. Namun Rusia mengatakan, misi apa pun yang melalui ibukota Ukraina terlalu berbahaya. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement