REPUBLIKA.CO.ID., ANKARA -- Sejak kapal pertama meninggalkan Ukraina di bawah kesepakatan ekspor biji-bijian di Istanbul, lebih dari 721 ribu ton produk pertanian Ukraina telah dikirim ke pasar dunia, kata Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar pada Senin (22/8/2022).
“Sampai pagi ini, jumlah gandum yang meninggalkan pelabuhan Ukraina mencapai 721.449 ton. Ini masih terus berlanjut. Mudah-mudahan, jumlah ini akan meningkat dalam beberapa hari mendatang,” kata Akar pada konferensi video di ibu kota Ankara.
Akar menambahkan ada upaya yang terus dilakukan untuk memastikan pengiriman mencapai tujuan akhir secepat dan seaman mungkin.
Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina menandatangani perjanjian di Istanbul pada 22 Juli untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina di Laut Hitam: Yuzhny, Chornomorsk dan Odesa, yang dihentikan karena perang Rusia-Ukraina.
Pusat Koordinasi Gabungan (JCC) yang diawasi oleh pejabat dari tiga negara dan PBB telah dibentuk di Istanbul untuk mengatur pengiriman.
Pada Sabtu Akar dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengadakan pertemuan dengan para pejabat di JCC di Istanbul mengenai proses pengiriman biji-bijian.
Perjuangan Turki melawan terorisme
Akar mengatakan Turki dengan tegas melanjutkan perjuangannya melawan terorisme untuk melindungi perbatasan dan warganya. Pada 1 Januari, sebut dia, operasi anti-teror oleh pasukan Turki terus dilakukan "secara intensif.”
"Selama periode ini, total 2.517 teroris dinetralkan di Irak utara dan Suriah utara."
Menteri Turki itu mengatakan bahwa total 333 teroris "dinetralkan" selama Operasi Claw-Lock, yang diluncurkan Turki pada bulan April untuk menargetkan tempat persembunyian kelompok teror PKK di utara Irak, wilayah Metina, Zap, dan Avasin-Basyan, dekat perbatasan Turki.
Otoritas Turki menggunakan istilah "menetralisir" untuk menyiratkan teroris yang bersangkutan menyerah atau dibunuh atau ditangkap.
Dalam lebih dari 35 tahun kampanye teror melawan Turki, PKK – yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa – telah bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak dan bayi.