REPUBLIKA.CO.ID., OVIEDO -- Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell pada Senin (22/8/2022) mengatakan bahwa tanggapan Iran terhadap proposal untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 adalah “masuk akal.”
Awal bulan ini, Uni Eropa menyerahkan “naskah akhir” untuk kesepakatan yang bertujuan untuk mencairkan sanksi terhadap dana Iran dan ekspor minyak sebagai imbalan bagi negara itu untuk mengurangi ambisi nuklirnya.
“Inilah situasi saat ini: Saya membuat proposal yang saya yakini mungkin seimbang. Itu dikomunikasikan kepada semua pihak, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Iran. Ada tanggapan dari Iran, yang saya anggap wajar.”
“Itu dibagikan dengan AS. AS masih belum secara resmi menjawab, tetapi kami menunggu tanggapan itu. Dan kami berharap tanggapan AS akan membantu kami menyelesaikan negosiasi,” tutur dia.
Tanggapan Amerika datang terlambat, karena seharusnya ada pertemuan di Wina pekan lalu untuk membahas kesepakatan Iran.
Borrell mengatakan "itu mungkin," bagaimanapun, bahwa posisi AS akan diungkapkan minggu ini.
“Dunia akan jauh lebih aman jika kita bisa membuat kesepakatan ini berhasil lagi,” kata Borrell.
“Kesepakatan ini bekerja dengan baik hingga saat Presiden Trump secara sepihak memutuskan untuk meninggalkannya. Iran memenuhi perjanjian itu.”
Pada Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani menuduh AS "menunda-nunda" dalam hal menanggapi komentarnya tentang kesepakatan itu.
Pada Minggu kemarin, Presiden AS Joe Biden berbicara dengan para pemimpin Prancis, Jerman dan Inggris tentang hal-hal termasuk negosiasi dengan Iran serta "upaya bersama untuk mencegah dan membatasi kegiatan regional Iran yang tidak stabil," menurut pernyataan Gedung Putih.