REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan mendesak masyarakat internasional memberikan bantuan rekonstruksi setelah banjir besar. Hujan deras pada bulan lalu telah memicu banjir besar yang menewaskan lebih dari 800 orang.
Upaya pendanaan dan rekonstruksi menjadi tantangan bagi Pakistan yang mengalami kekurangan anggaran. Pakistan harus memotong pengeluaran untuk memastikan Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui pelepasan uang talangan yang sangat dibutuhkan.
Seorang pejabat senior di kantor metrologi, Sardar Sarfaraz, pada Rabu (24/8/2022) mengatakan, curah hujan nasional pada Juli hampir 200 persen di atas rata-rata. Hal ini menjadikan Juli terbasah sejak 1961.
"Provinsi atau Islamabad tidak mampu mengatasi bencana iklim sebesar ini sendiri. Hidup dalam risiko, ribuan kehilangan tempat tinggal. Mitra internasional perlu memobilisasi bantuan," kata Menteri Federal untuk Perubahan Iklim di Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Sherry Rehman.
Hujan monsun yang lebat dan banjir telah mempengaruhi sekitar 2,3 juta orang di Pakistan sejak pertengahan Juni. Banjir telah menghancurkan sedikitnya 95.350 rumah dan merusak 224.100 lainnya.
Provinsi Sindh dan Balochistan adalah dua provinsi yang paling terkena dampak. Lebih dari 504 ribu ternak telah tewas, sebagian besar di Balochistan. Sementara kerusakan jalan mencapai hampir 3.000 km dan 129 jembatan hancur. Kerusakan ini menghambat pergerakan di sekitar daerah yang terkena dampak banjir.
Rute pasokan utama dari kota pelabuhan Karachi telah terputus selama lebih dari sepekan, setelah jembatan yang menghubungkan ke Balochistan tersapu banjir. Sementara lusinan bendungan kecil di provinsi itu kewalahan menampung air.
“Pemerintah federal juga telah meminta bantuan mitra pembangunan internasional, sehingga rekonstruksi infrastruktur yang hancur akibat banjir dapat dimulai setelah air surut,” kata Menteri Perencanaan, Pembangunan dan Inisiatif Khusus, Ahsan Iqbal.
Pemerintah Provinsi Sindh menutup semua lembaga pendidikan untuk mengantisipasi prakiraan hujan baru pada Rabu (24/8/2022) dan Kamis (25/8/2022). Sementara sebuah bandara di distrik Nawabshah tetap ditutup dengan lapangan terbang yang hampir sepenuhnya terendam banjir.
“Ini adalah bencana iklim skala epik, yang menimbulkan krisis kemanusiaan yang bisa menandingi besarnya banjir besar yang disaksikan pada tahun 2010,” kata Rehman.