Kamis 25 Aug 2022 08:45 WIB

Inggris Bekerja Sama dengan Albania untuk Deportasi Imigran

Angka imigran yang tiba di Inggris mencapai rekor pada Senin.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Kapal Border Force yang membawa sekelompok orang yang diduga migran tiba di Dover, Kent, Senin 22 Agustus 2022.
Foto: Gareth Fuller/PA via AP
Kapal Border Force yang membawa sekelompok orang yang diduga migran tiba di Dover, Kent, Senin 22 Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mengatakan akan bekerja sama dengan Albania untuk memproses dan merepatriasi dengan cepat imigran yang menyeberang Selat Inggris dengan kapal-kapal kecil. Terjadi lonjakan imigran besar dari negara itu walaupun ada rencana mendeportasi imigran ke Rwanda.

Angka imigran yang tiba di Britania dengan kapal kecil dalam satu hari tembus rekor pada Senin (22/8/2022) lalu. Awal bulan ini surat kabar Daily Mail melaporkan hampir 40 persen imigran yang tiba selama enam pekan dari Juni sampai Juli datang dari Albania.

Baca Juga

Angka resmi jumlah imigran yang tiba di Inggris akan dirilis Kamis (25/8/2022) ini.

"Banyak warga Albania yang termakan kebohongan penyelundup orang yang jahat dan kelompok kejahatan terorganisir yang kejam, mendorong mereka untuk melakukan perjalanan berbahaya di kapal-kapal kecil ke Inggris," kata Menteri Dalam Negeri Priti Patel, Rabu (24/8/2022).

Ia menambahkan repatriasi warga Albania akan dipercepat mulai pekan depan. "Berkat kerja sama kami dengan Albania, kami akan mengambil setiap kesempatan untuk mempercepat pemulangan warga Albania yang tidak memiliki hak di Inggris," katanya.

Perdana Menteri Boris Johnson berharap ancaman mendeportasi imigran ke Rwanda yang ia umumkan pada bulan April mencegah imigran ilegal datang dengan kapal-kapal kecil. Tapi angka kedatangan imigran ilegal di sepanjang tahun ini dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu.

Kebijakan deportasi ke Rwanda masih tertahan dan menjadi subjek gugatan hukum pada bulan September. Kelompok hak asasi manusia berpendapat kebijakan Rwanda tidak bisa dikerjakan dan tidak etis.

Penerbangan deportasi pertama pada bulan Juni lalu dibatalkan di menit-menit terakhir oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa. Dua kandidat calon perdana menteri Liz Truss dan Rishi Sunak berjanji terus mendorong kebijakan deportasi Rwanda.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement