REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Jumlah kasus cacar monyet yang dilaporkan secara global turun 21 persen pada pekan lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (25/8/2022) mengatakan, penurunan ini membalikkan tren peningkatan infeksi selama sebulan dan kemungkinan sinyal wabah di Eropa mulai menurun.
WHO melaporkan 5.907 kasus baru setiap pekan. WHO mengatakan, dua negara yaitu Iran dan Indonesia, melaporkan kasus pertama cacar monyet. Hingga saat ini, lebih dari 45 ribu kasus telah dilaporkan di 98 negara sejak akhir April.
WHO mengatakan, kasus cacar monyet atau monkeypox di Amerika menyumbang 60 persen dari kasus dalam sebulan terakhir. Sementara kasus di Eropa menyumbang sekitar 38 persen. Menurut WHO infeksi di Amerika menunjukkan peningkatan tajam yang berkelanjutan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika pada Kamis mengatakan, Afrika mencatat 219 kasus baru yang dilaporkan dalam seminggu terakhir, atau melonjak 54 persen. Sebagian besar terjadi di Nigeria dan Kongo.
Direktur WHO untuk Eropa mengatakan, negara-negara di kawasan Uni Eropa bertanggung jawab atas 90 persen dari semua kasus cacar monyet yang dikonfirmasi laboratorium. Otoritas kesehatan Inggris pekan lalu mengatakan, ada "tanda-tanda awal" wabah cacar monyet di negara itu melambat. Hal ini berdasarkan penurunan jumlah kasus baru yang dilaporkan setiap hari.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris menurunkan peringkat wabah cacar monyet bulan lalu. Badan tersebut mengatakan, tidak ada bukti bahwa penyakit cacar monyet itu menyebar di luar gay, biseksual, atau pria yang berhubungan seksual sesama pria.
Sementara WHO dan lembaga kesehatan lainnya telah mencatat bahwa penyebaran penyakit itu hampir secara eksklusif terjadi pada pria yang berhubungan seksual dengan pria.
Cacar monyet telah mewabah di beberapa wilayaj Afrika selama beberapa dekade. Para ahli menduga wabah di Eropa dan Amerika Utara dipicu setelah penyakit mulai menyebar melalui hubungan seksual di Spanyol dan Belgia.
Laporan terbaru WHO menyebutkan 98 persen kasus terjadi pada pria. Dari jumlah tersebut 96 persen adalah pria yang berhubungan seksual dengan sesama pria.
“Dari semua jenis penularan yang dilaporkan, hubungan seksual dilaporkan paling sering. Sebagian besar kasus kemungkinan terungkap di pesta dengan kontak seksual,” kata WHO.
Sementara 45 persen orang yang terkena penyakit cacar monyet, juga terinfeksi HIV. WHO telah merekomendasikan agar pria yang berisiko tinggi terkena penyakit ini untuk sementara waktu mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah pasangan seksual mereka atau menahan diri dari hubungan seksual berkelompok atau anonim.
Cacar monyet biasanya menular melalui kontak kulit-ke-kulit atau kulit-ke-mulut. Orang juga dapat terinfeksi melalui kontak dengan pakaian atau seprai seseorang yang memiliki lesi cacar monyet.
Dengan persediaan vaksin yang terbatas secara global, pihak berwenang di AS, Eropa, dan Inggris telah mulai menjatah dosis untuk menambah pasokan hingga lima kali lipat. WHO telah menyarankan negara-negara yang memiliki vaksin untuk memprioritaskan imunisasi bagi mereka yang berisiko tinggi terkena penyakit ini, termasuk pria gay dan biseksual dengan banyak pasangan seksual. Termasuk petugas kesehatan, staf laboratorium, dan penanggap wabah.
Afrika telah melaporkan kematian yang paling dicurigai akibat cacar monyet. Afrika tidak memiliki persediaan vaksin selain stok dalam jumlah kecil yang sedang diuji dalam sebuah studi penelitian di Kongo.
“Seperti yang kita ketahui, situasi dengan akses vaksin monkeypox sangat topikal, tetapi tidak ada dosis vaksin yang cukup,” kata Direktur Jenderal Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria, Ifedayo Adetifa.
Adetifa mengatakan, vaksin monkepox kemungkinan tidak akan tersedia hingga 2023. Karena tantangan dengan pabrik-pabrik manufaktur dan peningkatan tak terduga dalam kasus cacar monyet.