REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD–Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif meminta bantuan internasional untuk menangani kerusakan akibat banjir yang mematikan di negara tersebut. Permintaannya itu datang di tengah hujan lebat yang terus melanda Pakistan, meningkatkan jumlah korban tewas secara keseluruhan sebanyak 937 orang sejak pertengahan Juni.
Sharif mengatakan dia bertemu dengan diplomat asing di ibu kota, Islamabad, tentang kerusakan yang disebabkan oleh banjir. "Hujan yang sedang berlangsung telah menyebabkan kehancuran di seluruh negeri. Terima kasih kepada negara dan kelompok lain atas dukungan mereka. Bersama-sama kita akan membangun kembali dengan lebih baik,"katanya di twitter dilansir dari The New Arab, Jumat (26/8/2022).
Banjir akibat hujan, gletser yang mencair, dan hujan deras mempengaruhi lebih dari 3 juta orang. Bencana ini telah merusak 170 ribu rumah, menghanyutkan jalan dan menghancurkan hampir 150 jembatan, menurut Otoritas Manajemen Bencana Nasional.
Meskipun air banjir telah surut di beberapa daerah, situasi memburuk di provinsi Sindh, di mana petugas penyelamat menggunakan perahu untuk mengevakuasi orang-orang yang terdampar.
Saat ini, ribuan orang yang terkena dampak banjir tinggal di rumah dan tenda darurat. Krisis tersebut memaksa pemerintah Sharif untuk mengumumkan keadaan darurat.
Sebuah pernyataan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Kamis mengatakan telah mengalokasikan Rp 44 miliar untuk badan-badan bantuan PBB dan mitranya di Pakistan untuk menanggapi banjir.
“Ini akan digunakan untuk layanan kesehatan, gizi, ketahanan pangan, dan air dan sanitasi di daerah yang terkena dampak banjir, dengan fokus pada yang paling rentan,” katanya.
Hujan muson di Pakistan biasanya dimulai pada bulan Juli. Tapi tahun ini, hujan lebat mulai melanda negara itu pada Juni dan memicu banjir. Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim adalah faktor utama di balik cuaca buruk yang luar biasa, yang telah membuat hidup sengsara bagi jutaan orang.
Menurut Menteri Perubahan Iklim Sherry Rehman, saat ini tantangan sebenarnya adalah menyelamatkan nyawa dan mengatur tenda dan makanan untuk para tunawisma.
"Ini adalah bencana kemanusiaan dengan proporsi besar, ribuan tanpa tempat tinggal, banyak yang tanpa makanan dan orang-orang terdampar," kata Rehman.
"Kita perlu bertanya bukan hanya kepada provinsi dan Islamabad, itu di luar kapasitas satu pemerintahan untuk merehabilitasi dan bahkan mengelola penyelamatan dan bantuan," tambahnya.