Sabtu 27 Aug 2022 20:28 WIB

Khawatir Terjadi Wabah Penyakit, Belanda Pindahkan 400 Penghuni Kamp Pengungsi

Ada risiko serius wabah penyakit menular sebagai akibat dari kurangnya kebersihan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Ada risiko serius wabah penyakit menular sebagai akibat dari kurangnya kebersihan di kamp pengungsi. Ilustrasi.
Foto: Anadolu Agency
Ada risiko serius wabah penyakit menular sebagai akibat dari kurangnya kebersihan di kamp pengungsi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Pihak berwenang Belanda memindahkan sekitar 400 pencari suaka dari sebuah kamp darurat di luar pusat penerimaan migran di timur laut Belanda. Pemindahaan ini dilakukan usai ada laporan menyebut situs yang menampung ratusan orang ini membahayakan kesehatan.

Juru bicara organisasi akomodasi pencari suaka pemerintah Belanda Leon Veldt mengatakan pada Sabtu (27/8/2022) para migran dipindahkan semalam ke akomodasi alternatif di lokasi lain. Langkah itu dilakukan setelah tim dari Inspektorat Perawatan Kesehatan dan Pemuda mengunjungi kamp sementara yang jorok di desa Ter Apel.

Baca Juga

Veldt mengatakan ada risiko serius wabah penyakit menular sebagai akibat dari kurangnya kebersihan. Sehari sebelumnya, 150 orang dipindahkan ke dua gedung olahraga di sebuah pusat kota dalam upaya untuk meringankan krisis yang telah menyebabkan sekitar 700 orang tidur di luar pusat keramaian minggu ini.

Pendukung pengungsi menyamakan situasi dengan kamp-kamp yang penuh sesak di Yunani dan Italia. Kamp-kamp dua negara itu merupakan tujuan pertama para pencari suaka yang menuju Eropa.

Seorang bayi berusia tiga bulan meninggal minggu ini di aula olahraga di pusat Ter Apel dan pihak berwenang sedang menyelidiki penyebab kematiannya. Sedangkan dua pria dibawa ke rumah sakit, satu karena serangan jantung dan satu lagi karena diabetes yang tidak diobati selama berminggu-minggu.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan pada Jumat (26/8/2022) bahwa dia malu dengan pemandangan di Ter Apel. Pada Jumat malam, pemerintah Rutte mengumumkan serangkaian tindakan yang bertujuan untuk mengurangi krisis akomodasi pencari suaka di negara itu.

Langkah yang diambil termasuk mengekang sementara reuni keluarga pengungsi. Kemudian mengurangi jumlah migran yang tiba yang dialokasikan untuk Belanda di bawah kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki pada 2016.

Pemerintah pusat mengatakan sedang bekerja dengan kotamadya setempat untuk menciptakan lebih banyak rumah bagi orang-orang yang menerima status pengungsi. Upaya ini agar mereka dapat lebih cepat keluar dari pusat pencari suaka dan membebaskan ruang bagi pendatang baru.

Militer Belanda ditugaskan mendirikan kamp baru demi menampung orang-orang yang sedang menunggu untuk mendaftarkan klaim suaka di pusat Ter Apel. Ketua Dewan Badan Pusat Penerimaan Pencari Suaka Milo Schoenmaker menyambut baik langkah tersebut.

“Dengan langkah-langkah yang telah diumumkan, pusat aplikasi di Ter Apel diharapkan dapat segera dibebaskan. Pada saat yang sama, masih ada tempat yang tersedia untuk menampung semua orang," kata Schoenmaker.

Sementara banyak kota-kota di Belanda telah menawarkan tempat tinggal bagi orang-orang Ukraina yang melarikan diri dari perang, penyambutan tersebut telah menipis bagi para pencari suaka dari negara lain. Kebanyakan orang yang tiba di Ter Apel adalah orang-orang Suriah yang melarikan diri dari perang saudara di negaranya.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement