REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kepala Mossad Israel, David Barnea, mengatakan, militer Israel telah memulai persiapan untuk menyerang Iran. Barnea menggambarkan kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sebagai bencana strategis bagi Israel.
Barnea mengatakan, kesepakatan JCPOA itu sangat buruk bagi Israel. Menurutnya, Amerika Serikat (AS) sedang terburu-buru membuat kesepakatan yang didasarkan pada kebohongan Iran. Hal ini mengacu pada klaim berkelanjutan Iran bahwa kegiatan nuklirnya digunakan untuk kegiatan damai.
"Mengingat kebutuhan AS dan Iran. Washington berusaha mencegah Teheran memperoleh kemampuan untuk membangun bom nuklir, sementara Republik Islam (Iran) mencari bantuan dari sanksi keuangan dan ekonomi yang melumpuhkan," ujar Barnea, dilansir Middle East Monitor, Ahad (28/8/2022).
Barnea meyakini, JCPOA dapat memberikan lisensi bagi Iran untuk mengumpulkan bahan nuklir yang diperlukan untuk membuat sebuah bom dalam beberapa tahun mendatang. Dia juga percaya bahwa, JCPOA akan memberikan keuntungan senilai miliaran dolar kepada Teheran saat aset mereka dibekukan.
"Ini meningkatkan bahaya yang ditimbulkan Iran di seluruh kawasan melalui proksinya," ujar Barnea.
Barnea juga menekankan, Israel akan bertindak dengan cara yang dianggap tepat untuk menetralisir ancaman Iran. Dia mencatat, Israel telah memulai persiapan untuk serangan militer terhadap Iran jika tindakan tersebut dianggap perlu.
Sebelumnya pada Rabu (24/8/2022), Iran mengumumkan bahwa mereka menerima tanggapan AS untuk kembali menghidupkan kesepakatan JCPOA. Pada 2018, di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat secara sepihak keluar dari perjanjian JCPOA dan menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran.
Sejak itu, Iran mulai meningkatkan pengayaan uranium yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Namun Iran menampik bahwa mereka sedang membangun senjata nuklir. Iran mengklaim peningkatan uranium itu digunakan untuk tujuan damai.
Para diplomat dari Iran, AS, Cina, Rusia, Prancis, Inggris, dan Jerman telah merundingkan kesepakatan JCPOA selama berbulan-bulan. Perundingan itu bertujuan agar Iran berkomitmen kembali pada pembatasan kesepakatan nuklirnya, dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.