Senin 29 Aug 2022 20:11 WIB

Tunisia Hadapi Kekurangan Makanan dan Bahan Bakar

Beberapa toko di Tunisia terpaksa menjatah bahan kebutuhan pokok,

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Tunisia Kais Saied.
Foto: AP/Slim Abid/Tunisian Presidency
Presiden Tunisia Kais Saied.

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Beberapa toko di Tunisia terpaksa menjatah bahan kebutuhan pokok termasuk minyak goreng, gula dan mentega karena stok yang terbatas.  Beberapa toko kelontong  membatasi pembelian satu barang untuk satu pembeli. Sementara antrean panjang melanda SPBU di tengah krisis keuangan.

Baca Juga

Presiden Kais Saied dan pemerintahnya belum memberikan komentar soal kekurangan makanan dan bahan bakar tersebut. Namun pemerintah telah mengumumkan upaya untuk menargetkan spekulan dan penimbun komoditas bahan pangan.

Pemerintah menjual banyak barang impor dengan tingkat subsidi yang tinggi. Sementara tekanan komoditas global telah mendorong kenaikan harga internasional.

Pemerintah telah menerima dua tahap bantuan internasional dari Bank Dunia dan Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan. Bantuan itu untuk mendanai pembelian gandum. Tetapi pemerintah juga mencari dana talangan IMF untuk membiayai anggaran dan membayar utang.

"Tidak ada minyak atau gula atau mentega, dan ada kekurangan besar untuk pasokan biskuit dan makanan ringan," kata Azzouz, seorang penjaga toko di distrik kelas pekerja Etadamon, Tunis.

Seorang wanita yang berbelanja di area Etadamon, Khadijah, mengatakan, dia tidak dapat menemukan minyak goreng bersubsidi. Bahkan dia tidak mampu membeli minyak goreng merek lain yang tidak disubsidi.

"Situasinya semakin sulit dari hari ke hari dan kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan," kata Khadijah.

Bahkan pada Jumat (26/8) pagi, antrean mulai menumpuk di sebuah pompa bensin di distrik La Marsa, Tunis. Antrean mobil telah mencapai jalan raya. Seorang pejabat di departemen pekerja serikat buruh UGTT, Silwan al-Samiri, mengatakan kepada radio IFM, pemerintah perlu mencapai solusi untuk membayar impor.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement