REPUBLIKA.CO.ID, PRAHA -- Negara-negara Nordik mendukung usulan larangan visa bagi warga Rusia untuk masuk Uni Eropa. Dalam pertemuan Menteri Luar Negeri, negara anggota Uni Eropa masih terpecah terkait wacana tersebut.
Menteri-menteri Luar Negeri Uni Eropa diperkirakan akan menyepakati perjanjian fasilitasi visa dengan Moskow. Artinya warga negara Rusia harus menunggu lebih lama dan membayar lebih banyak untuk mendapatkan visa ke Eropa tapi tidak dilarang sepenuhnya.
"Posisi Lithuania adalah jumlah turis (Rusia) yang datang ke Uni Eropa harus dikurangi bila tidak dilarang sama sekali," kata Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis, Rabu (31/8/2022).
Surat kabar Financial Times melaporkan Estonia, Finlandia, Lithuania, Latvia dan Polandia telah menulis pernyataan bersama. Mereka meminta Komisi Eropa mengajukan kebijakan untuk "dengan tegas menurunkan aliran warga Rusia yang masuk ke Uni Eropa dan area Schengen."
"Sampai kebijakan diterapkan ke tingkat Uni Eropa, kami akan mempertimbangkan menetapkan kebijakan sementara di tingkat nasional untuk mengatasi isu masalah keamanan yang nyata berkaitan meningkatnya gelombang warga Rusia masuk perbatasan kami," kata negara-negara itu seperti dikutip Financial Times.
Sementara itu dalam pertemuan di Praha, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba juga mengusulkan untuk memberikan program khusus pada tentara Rusia yang tidak lagi ingin berperang dengan Ukraina.
"(Pesannya): selamatkan diri anda dan pergi, turunkan senjata, menyerah pada pasukan Ukraina, dan ambil kesempatan untuk memulai kehidupan baru," kata Kuleba.
"Saya yakin tawaran ini layak dibuat, karena bahkan hanya satu orang Rusia yang menurunkan senjata dan memutuskan pergi, artinya menyelamatkan nyawa rakyat Ukraina dan semakin dekat menuju perdamaian," tambahnya.
Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta tentara Rusia untuk menyelamatkan diri. Setelah pasukannya menggelar serangan ke bagian selatan untuk merebut kembali wilayah itu.
Namun Moskow mengklaim mereka berhasil memukul mundur serangan tersebut. Menurut Rusia, Kiev yang kehilangan banyak pasukannya.