Rabu 31 Aug 2022 18:30 WIB

Pakistan Pertimbangkan Buka Izin Impor dari India

Pembukaan impor akan memudahkan masuknya pasokan sayuran dan makanan dari India.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Keluarga pengungsi menerima makanan dan berlindung di pinggir jalan setelah melarikan diri dari rumah mereka yang dilanda banjir, di pinggiran Peshawar, Pakistan, Minggu, 28 Agustus 2022. Pasukan tentara dikerahkan di daerah yang terkena banjir Pakistan untuk penyelamatan mendesak dan pekerjaan bantuan ketika banjir bandang dipicu setelah hujan monsun lebat di sebagian besar negara itu melanda banyak kabupaten di keempat provinsi.
Foto: AP/Muhammad Sajjad
Keluarga pengungsi menerima makanan dan berlindung di pinggir jalan setelah melarikan diri dari rumah mereka yang dilanda banjir, di pinggiran Peshawar, Pakistan, Minggu, 28 Agustus 2022. Pasukan tentara dikerahkan di daerah yang terkena banjir Pakistan untuk penyelamatan mendesak dan pekerjaan bantuan ketika banjir bandang dipicu setelah hujan monsun lebat di sebagian besar negara itu melanda banyak kabupaten di keempat provinsi.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Badan-badan bantuan internasional telah meminta pelonggaran pembatasan impor makanan dari India ke Pakistan. Menteri Keuangan Pakistan, Miftah Ismail, mengatakan, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan impor yang memungkinkan masuknya pasokan sayuran dan makanan lainnya dari India.

"Lebih dari satu badan internasional telah mendekati pemerintah untuk meminta izin memasok makanan dari India melalui perbatasan darat. Pemerintah akan mengambil keputusan untuk mengizinkan impor atau tidak berdasarkan posisi kekurangan pasokan, setelah berkonsultasi dengan mitra koalisi dan pemangku kepentingan utama," ujar Ismail.

Baca Juga

Pakistan dan India telah berperang tiga kali sejak mereka dipisahkan dari British India pada 1947. Perbatasan kedua negara dijaga ketat dan sebagian besar ditutup. Sangat sedikit perdagangan dan perjalanan antara Pakistan dan India, meskipun ada hubungan sejarah, budaya serta keluarga.  

Pakistan telah menerima hampir 190 persen lebih banyak hujan daripada rata-rata 30 tahun hingga Agustus tahun ini, dengan total 390,7 milimeter atau 15,38. Provinsi Sindh di selatan yang memiliki populasi 50 juta, paling terkena dampak dengan 466 persen lebih banyak hujan daripada rata-rata 30 tahun.

Hujan monsun sangat lebat telah memicu banjir yang menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan dan menewaskan lebih dari 1.100 orang, termasuk 380 anak-anak. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meminta bantuan sebesar 160 juta dolar AS untuk membantu bencana iklim di Pakistan. Pakistan menghadapi lonjakan harga pangan, sehingga menambah kesengsaraan bagi jutaan orang yang terkena dampak bencana.

Banjir bandang yang melanda pegunungan utara telah menyapu rumah, bisnis, infrastruktur, dan tanaman.  Pemerintah mengatakan, 33 juta orang, atau 15 persen dari total 220 juta populasi Pakistan telah terkena dampaknya. Helikopter militer membantu evakuasi keluarga yang terdampar dari atap rumah. Mereka juga membantu mendistribusikan makanan di daerah yang tidak dapat diakses.

Seorang penduduk desa di distrik Shikarpur yang terkena dampak parah di provinsi Sindh, Fayyaz Ali (27 tahun), berhasil menyelamatkan keluarganya. Tetapi dia hanya memiliki sedikit harapan untuk menyelamatkan rumah kecilnya yang dikelilingi oleh banjir.  

"Rumah itu akan jatuh kapan saja. Rumah itu telah terendam," kata Ali kepada Reuters.

Seperti kebanyakan penduduk desa, Ali mengatakan bahwa dia belum menerima bantuan apa pun. Sebidang tanah besar di kedua sisi Sungai Indus telah terendam. Jalan-jalan utama yang ditinggikan di atas ladang telah menjadi tempat perlindungan. Orang-orang membawa barang bawaan seadanya, mereka mencoba berlindung dari terik matahari dan hujan di bawah plastik.  

Pemerintah Pakistan memperkirakan kerusakan akibat banjir mencapai lebih dari 10 miliar dolar AS. Pemerintah Pakistan telah meminta bantuan internasional untuk mengatasi bencana akibat perubahan iklim.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement