REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Puluhan migran asal Lebanon dan Suriah terdampar selama berhari-hari di Laut Mediterania. Para migran mendesak penjaga pantai Eropa menyelamatkan mereka karena dua anak dikatakan telah meninggal dunia.
Sekitar 60 migran dan pengungsi yang terdampar di kapal nelayan yang hampir tenggelam itu menghubungi kerabat dan kelompok sukarelawan dengan telepon satelit. Mereka mengatakan bahwa dua anak kecil telah meninggal, dan bahwa kelompok tersebut tengah dalam keadaan tanpa makanan, air, dan susu formula selama tiga hari terakhir.
Di atas kapal adalah pengungsi Suriah dan Lebanon dari provinsi utara yang sangat miskin yang berusaha mencapai Italia untuk mendapatkan peluang kerja. Mereka meninggalkan Lebanon di lepas pantai kota utara Tripoli sekitar 10 hari yang lalu.
"Mereka mencoba mengeluarkan air yang bocor ke dalam perahu dengan ember, hanya itu yang mereka miliki," kara saudara dari salah satu penumpang pengungsi Suriah dikutip laman Aljazirah, Selasa (6/9/2022).
Dia meminta untuk tidak mengungkapkan nama mereka untuk alasan keamanan dan karena beberapa migran tidak ingin mengungkapkan berita tersebut kepada keluarga mereka di rumah. "Ini perahu nelayan dimaksudkan untuk lima orang, bukan 60," lanjutnya.
Lebanon memiliki populasi enam juta termasuk satu juta pengungsi Suriah. Lebanon telah berada dalam cengkeraman krisis ekonomi yang parah sejak akhir 2019 yang telah menarik lebih dari tiga perempat populasi ke dalam kemiskinan.
Para migran dilaporkan terdampar di dekat pantai Malta dan Italia. Pihak berwenang belum mengirim penyelamat, menurut keluarga dan aktivis yang berhubungan dengan para migran.
Anggota parlemen Lebanon Ashraf Rifi mendesak pemerintah Italia, serta Kementerian Luar Negeri Lebanon dan Kedutaan Besar Lebanon di Roma untuk mengambil tindakan. Menurut keluarga dan jaringan aktivis yang membantu membawa penyelamat ke migran yang tertekan di laut, Alarm Phone, Malta belum mengizinkan operasi penyelamatan dan belum memberikan izin kepada kapal kargo komersial untuk menyelamatkan para migran yang terdampar.
"Seorang kerabat memberi tahu kami bahwa air memasuki kapal dan beresiko besar untuk terbalik!" kata Alarm Phone di Twitter pada Senin. "Mereka telah berada di laut selama lebih dari 10 hari dan beberapa otoritas UE telah diberitahu – mengapa tidak ada yang campur tangan?"
Sementara itu, pihak keluarga khawatir kapal yang bocor bisa tenggelam sewaktu-waktu. Pernah menjadi negara yang menerima pengungsi, Lebanon telah menjadi landasan bagi migrasi berbahaya melalui laut ke Eropa.
Ketika krisis semakin dalam, lebih banyak orang Lebanon, serta pengungsi Suriah dan Palestina, berangkat ke laut. Badan-badan keamanan melaporkan upaya migrasi yang gagal hampir setiap minggu.