Selasa 06 Sep 2022 19:08 WIB

Prancis akan Lobi Turki untuk Sanksi Rusia

Perusahaan Turki telah membeli aset Rusia dari mitra Barat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Catherine Colonna, Menteri Eropa dan Luar Negeri Prancis, berbicara kepada media selama konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, di Ankara, Turki, Senin, 5 September 2022.
Foto: AP Photo/Burhan Ozbilici
Catherine Colonna, Menteri Eropa dan Luar Negeri Prancis, berbicara kepada media selama konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, di Ankara, Turki, Senin, 5 September 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna melakukan kunjungan ke Turki, Senin (5/9/2022). Dia hendak melobi Ankara agar perusahaan-perusahaan di negaranya turut menerapkan sanksi terhadap Rusia.

“Eropa telah mengadopsi sanksi, Amerika Serikat (AS) juga, dan sekutu serta mitra lainnya. Namun yang lain belum mengadopsi kebijakan sanksi, misalnya Turki. Sangat penting bahwa negara-negara ini tak berfungsi sebagai platform untuk menghindari sanksi,” kata Colonna sesaat sebelum bertolak ke Turki.

Baca Juga

Sejumlah perusahaan Turki telah membeli atau berusaha membeli aset Rusia dari para mitra Barat yang mundur. Sementara perusahaan Turki lainnya tetap mempertahankan aset mereka di Rusia. Akhir Agustus lalu, Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo mengirim surat kepada otoritas Turki.

Dalam surat itu, Adeyemo memperingatkan tentang kemungkinan menerapkan sanksi kepada perusahaan-perusahaan Turki yang menjalin bisnis dengan entitas dan individu Rusia yang sudah terkena sanksi. Selama ini Turki memainkan peran aktif untuk memediasi Rusia dan Ukraina.

Bulan lalu, Turki berperan dalam menengahi kesepakatan pembentukan koridor gandum di Laut Hitam antara Moskow dan Kiev. Kesepakatan itu menuai apresiasi mengingat krisis pangan yang kini tengah dihadapi dunia. Saat ini pengiriman komoditas biji-bijian dari pelabuhan Ukraina, termasuk di dalamnya gandum dan jagung, mulai berjalan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement