REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Menteri Pertanian Belanda, Henk Staghouwer, tiba-tiba mengundurkan diri menyusul aksi protes para petani atas peraturan polusi. Staghouwer, yang baru menjabat selama sembilan bulan, mengumumkan keputusannya pada Senin (5/9/2022) malam.
Staghouwer memutuskan untuk mundur ketika baru saja kembali dari Brussel. Dia terbang ke Brussel untuk merundingkan kesepakatan dengan Komisi Eropa, untuk membatalkan pengecualian Belanda terkait batas penyebaran pupuk kandang.
Belanda bersama dengan Denmark, Irlandia, dan wilayah Flanders di Belgia, telah mendapatkan dispensasi untuk menggunakan pupuk kandang, karena luas lahan negara yang relatif kecil. Namun, Brussel ingin menghapus dispensasi ini secara bertahap karena Belanda gagal memenuhi standar kualitas air Uni Eropa.
Sektor pertanian Belanda telah berada dalam krisis sejak putusan pengadilan 2019 memaksa pemerintah untuk memangkas emisi nitrogen oksida dan amonia yang dihasilkan ternak. Ribuan petani telah melakukan protes, memblokade kota dengan traktor dan membakar jerami di sepanjang jalan raya.
Staghouwer telah ditugaskan untuk mengalihkan sektor ini dari praktik pertanian intensif dan meminta petani untuk mengurangi total emisi. Pemerintah mengalokasikan anggaran tambahan senilai 24,3 miliar euro untuk mengatasi masalah tersebut. Pekan lalu Staghouwer mengatakan kepada Kabinet bahwa, dia tidak dapat memenuhi tenggat waktu untuk mempresentasikan rencana transisi pada pertengahan September.
“Saya menghormati keputusannya yang berani,” tulis Perdana Menteri Belanda Mark Rutte di Twitter.
Namun, anggota parlemen, Caroline van der Plas dari partai Farmer-Citizen Movement (BBB) mengatakan, Staghouwer sama sekali tidak cocok untuk menjadi menteri pertanian. Sementara itu, Bart Kemp dari organisasi petani Agractie mengatakan, Staghouwer adalah orang yang ramah, tetapi dia tidak tegas. Posisi Staghouwer untuk sementara akan diambil oleh mantan menteri pertanian, Carola Schouten.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
