REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, pasukan negaranya berhasil merebut kembali wilayah seluas 2.000 kilometer yang sebelumnya diduduki dan dikontrol Rusia. Dia mengklaim pasukan Rusia mundur setelah Ukraina melancarkan serangan balasan.
“Untuk saat ini, sejak awal September, sekitar 2.000 kilometer telah dibebaskan,” kata Zelensky dalam pidatonya pada Sabtu (10/9) malam. Dia tak mengungkap apakah luas wilayah yang direbut dihitung dalam kilometer persegi atau dalam satuan lain.
Zelensky memuji keberhasilan serangan balasan yang dilancarkan pasukan Ukraina. “Beberapa hari terakhir ini, tentara Rusia telah menunjukkan kepada kami (sisi) terbaiknya, (yakni) punggungnya. Bagaimanapun, itu adalah pilihan yang baik bagi mereka untuk melarikan diri. Tidak ada tempat di Ukraina untuk penjajah,” ucapnya.
Pada Sabtu lalu, pasukan Rusia dilaporkan telah meninggalkan bentengnya di wilayah timur laut Ukraina. Hal itu terjadi setelah pasukan Ukraina melakukan serangan balik kilat. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitri Kuleba menilai, serangan balasan itu menunjukkan negaranya mampu memukul dan mengalahkan Rusia. Kendati demikian, dia mengatakan, Ukraina masih membutuhkan bantuan pasokan senjata.
Kuleba mengungkapkan, awalnya, negara-negara sekutu ragu untuk mengirimkan senjata ke Ukraina. Mereka khawatir langkah demikian akan memicu permusuhan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. "Kini, terimakasih Tuhan, kami tidak lagi mendengar argumen itu. Kami telah menunjukkan kami mampu mengalahkan pasukan Rusia, kami melakukannya dengan senjata yang diberikan pada kami," kata Kuleba dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, Sabtu lalu.
Dia pun berharap bantuan senjata ke Ukraina akan terus berlanjut. “Saya tegaskan, semakin banyak senjata yang kami terima, semakin cepat kami menang, dan semakin cepat perang ini berakhir," ucap Kuleba.