Senin 12 Sep 2022 06:25 WIB

AS Kembali Tambah Bantuan Dana untuk Petani Sri Lanka

Sri Lanka mencapai kesepakatan awal dengan IMF untuk paket bantuan 2,9 miliar dolar.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Petani di Srilanka
Foto: Reuters/VOA
Petani di Srilanka

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Amerika Serikat (AS) mengumumkan bantuan senilai 40 juta dolar AS untuk membeli pupuk dan peralatan pertanian penting lainnya untuk Sri Lanka. Bantuan ini disegerakan untuk menyambut musim tanam berikutnya di negara yang dilanda krisis.

Administrator Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) Samantha Power yang sedang mengunjungi Sri Lanka membuat pengumuman itu. Keputusan ini setelah dia bertemu dengan perwakilan petani di Ja-Ela di luar ibu kota, Kolombo.

Baca Juga

Power mengatakan, uang itu akan menjadi tambahan dari enam juta dolar AS yang diumumkan sebelumnya untuk membantu petani berpenghasilan rendah. "Para petani yang baru saja saya temui menggambarkan tantangan besar yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi pada mereka dan keluarga mereka serta seluruh masyarakat. Mereka menggambarkan fenomena yang tak terbayangkan dua, tiga tahun lalu," ujarnya.

Menurut Program Pangan Dunia, lebih dari enam juta orang atau hampir 30 persen dari populasi Sri Lanka saat ini menghadapi kerawanan pangan dan membutuhkan bantuan kemanusiaan. Power mengatakan, penyaluran dana terbaru AS itu akan membantu sejuta petani pada waktunya untuk musim berikutnya segera dimulai.

Sri Lanka telah mencapai kesepakatan awal dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bantuan senilai 2,9 miliar dolar AS selama empat tahun. Namun, program tersebut bergantung pada jaminan restrukturisasi utang dari kreditur setelah negara tersebut mengumumkan bahwa mereka menangguhkan pembayaran pinjaman luar negerinya.

Total utang luar negeri Sri Lanka berjumlah lebih dari 51 miliar dolar AS, dengan 28 miliar dolar AS harus dilunasi pada 2027. Namun Sri Lanka sedang menghadapi krisis ekonomi terburuknya dan kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan, bahan bakar, dan obat-obatan karena kurangnya mata uang asing untuk membayar impor.

Terlebih lagi hasil pertanian turun lebih dari setengahnya selama dua musim tanam terakhir. Kondisi tersebut akibat pihak berwenang telah melarang impor pupuk kimia seolah-olah mendorong dalam mempromosikan pertanian organik.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement