REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Otoritas Iran telah menutup jalur penyeberangan ke Irak, Sabtu (10/9/2022). Langkah itu diambil setelah terjadi kerusuhan di pos perbatasan kedua negara akibat membeludaknya warga Syiah Iran yang ingin melakukan perjalanan ke Karbala untuk memperingati acara Arbain, yakni momen meninggalnya cucu Nabi Muhammad, Husain.
“(Perbatasan ditutup) karena peristiwa mengganggu yang terjadi di perbatasan Shalamcheh dan Mehran serta risiko besar yang muncul untuk keselamatan dan kesehatan pengunjung," kata kantor berita Iran, Mehr News Agency, dalam laporannya.
Menurut perkiraan, sekitar 2 hingga 3 juta warga Syiah Iran berusaha menyeberang ke Irak untuk mengikuti acara Arbain.
Beberapa video yang viral di media sosial menunjukkan ribuan warga Iran menunggu berjam-jam di pos perbatasan Iran-Irak.
Mereka hendak menuju Karbala menggunakan bus-bus umum yang dialokasikan pemerintah Irak dan perusahaan transportasi swasta negara tersebut.
Sebelumnya sejumlah pejabat Irak telah meminta otoritas Iran untuk membatasi jumlah warganya yang ingin memperingati acara Arbain di Karbala. Hal itu guna menghindari munculnya permasalahan akses masuk.
Menteri Dalam Negeri Iran Ahmed Wahidi juga sempat mengatakan, Irak tidak mampu menerima jumlah pengunjung dari negaranya.
Namun,pada Sabtu lalu, Wahidi mengumumkan bahwa otoritas berwenang Irak telah menyetujui warga Iran yang ingin datang ke Karbala dengan menggunakan bus untuk memperingati Arbain.
Otoritas Pelabuhan Perbatasan Irak mengkonfirmasi bahwa 2 juta peziarah Iran telah memasuki negara mereka.