REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura berharap visa kerja khusus akan membuat lebih kompetitif dalam menarik para orang berpengaruh asing dalam bisnis. Upaya ini usaha negara itu menyeimbangkan kebutuhannya akan bakat dengan kegelisahan warga lokal tentang pekerja asing.
Pusat keuangan regional mengumumkan aturan baru dua minggu lalu untuk menarik ekspatriat yang berpenghasilan setidaknya 30 ribu dolar Singapura per bulan. Aturan ini menawarkan mereka visa lima tahun yang secara otomatis akan memungkinkan pasangan mereka untuk bekerja juga.
Berbicara kepada parlemen, Menteri Tenaga Kerja Tan See Leng mengatakan pada Senin (12/9/2022), bakat global akan membantu Singapura mengembangkan sektor-sektor seperti keberlanjutan, kecerdasan buatan, atau fintech. Hanya saja itu akan menghadapi tantangan dengan negara-negara lain yang memainkan permainan ofensif.
"Ketika kita berbicara tentang talenta top, kita harus memperhatikan seberapa global mereka, dan seberapa ketat persaingan untuk mereka," kata Tan.
Inggris, Australia, dan Jerman telah meluncurkan program serupa. Sementara negara tetangga, Malaysia dan Thailand, menawarkan visa jangka panjang dengan insentif untuk orang asing dengan keahlian spesialis yang berpenghasilan di atas ambang batas pendapatan tertentu.
Singapura telah melihat ketidakpuasan di antara tenaga kerja lokal tentang jumlah orang asing yang dipekerjakan di negara itu. Muncul kekhawatiran bahwa terlalu banyak pekerjaan bergaji tinggi diambil oleh ekspatriat.
Namun, pemerintah telah berusaha untuk menghilangkan kekhawatiran itu dengan menekankan bakat asing yang terpikat ke Singapura akan membantu menciptakan beragam peluang bagi warga Singapura. Tan mengatakan, negara itu juga akan mengembangkan bakatnya sendiri dan meningkatkan keterampilan tenaga kerjanya.
Upaya itu dilakukan sambil memberikan paparan global dan regional kepada warga Singapura. Tindakan ini membuat warga dalam negeri dapat mengambil posisi kepemimpinan di perusahaan global.
Kepala bank sentral Singapura pada Mei mengatakan, sektor keuangan negara itu menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada yang dapat diisi oleh staf lokal. Lembaga itu memperingatkan pendekatan khusus Singapura akan berakibat fatal bagi negara sebagai pusat keuangan global.