Rabu 14 Sep 2022 04:15 WIB

Hamas dan Iran Diskusikan Isu Palestina

Rusia mendorong terciptanya perdamaian antara Palestna-Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.
Foto: Anadolu Agency
Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh melakukan pertemuan dengan Duta Besar Iran untuk Rusia Kazem Jalali di Moskow, Selasa (13/9). Haniyeh memang tengah melaksanakan kunjungan resmi selama beberapa hari ke Rusia.

Dalam pertemuannya dengan Kazem Jalali, Haniyeh membahas tentang perkembangan isu Palestina. “Jalali dan Haniyeh membahas perkembangan politik terbaru di Palestina serta peningkatan kebijakan kejam dan anti-manusia dari rezim apartheid Zionis di wilayah pendudukan (Palestina) dan di kawasan,” kata kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA), dalam laporannya.

Baca Juga

Tak dijelaskan secara mendetail topik-topik apa saja yang dibahas Haniyeh dan Jalali. Haniyeh melakukan kunjungan ke Rusia pada Sabtu (10/9) lalu. Dia didampingi Wakil Kepala Biro Politik Hamas di Tepi Barat Saleh al-Arouri serta anggota senior politbiro Hamas Moussa Abu Marzouk dan Maher Saleh.

Saluran televisi Al-Mayadeen yang berbasis di Beirut, Lebanon, melaporkan, dalam kunjungan tersebut, Haniyeh dan delegasinya diagendakan bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Mereka pun bakal dijadwalkan melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat tinggi Rusia lainnya.

“Kementerian Luar Negeri Rusia telah meminta agar kunjungan ini berlangsung beberapa hari. Tujuannya adalah untuk membahas masa depan hubungan bilateral untuk membantu perjuangan Palestina,” kata seorang juru bicara Hamas, dilaporkan Al-Mayadeen.

Pada Juli lalu, Rusia menyampaikan bahwa mereka akan melanjutkan upaya untuk memulai kembali proses perdamaian Israel-Palestina di bawah payung Kuartet Timur Tengah yang turut melibatkan Uni Eropa, PBB, dan Amerika Serikat (AS) sebagai mediator internasional. Dalam hal ini Moskow mendukung pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

"Kami secara konsisten mendukung dimulainya kembali negosiasi langsung Palestina-Israel, yang akan menghasilkan pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dengan mempertimbangkan masalah keamanan nasional Israel," kata Deputi Satu Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB 26 Juli lalu, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.

Polyansky menilai, upaya multilateral untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina perlu ditingkatkan, termasuk dalam format mediator internasional Kuartet Timur Tengah. “Dengan ini, kami menegaskan kembali komitmen kami untuk bekerja sama dengan mitra Kuartet untuk mengefisienkan pekerjaan dari format yang disetujui Dewan Keamanan PBB ini,” ucapnya.

Namun dia cukup menyesalkan kurangnya ketertarikan atau minat AS dalam melanjutkan kembali pekerjaan Kuartet Timur Tengah. "Sayangnya, masalah ini tetap tidak terselesaikan karena kurangnya minat di AS untuk memulai kembali aktivitas Kuartet," tuturnya.

Kendati demikian, Polyansky menekankan, Rusia akan melanjutkan upayanya, termasuk koordinasi aksi bersama untuk kembali ke jalur proses penyelesaian Timur Tengah demi solusi adil dari masalah Palestina. “Seperti yang ditunjukkan oleh praktik, upaya untuk memonopoli pemukiman dan memaksakan perdamaian ekonomi pada rakyat Palestina alih-alih secara adil menghormati aspirasi mereka untuk menciptakan negara merdeka mereka sendiri tidak mengarah dan tidak dapat mengarah pada hasil nyata,” kata Polyansky.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement