REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- China menyumbangkan dana 1 juta dolar AS atau setara Rp 14,91 miliar (dengan kurs Rp 14.918 per dolar AS) kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Dana itu diperuntukkan khusus memfasilitasi pendidikan bagi anak-anak pengungsi Palestina.
Menurut keterangan yang dirilis UNRWA, dana sumbangan China akan digunakan untuk pendidikan sekitar 9.200 siswa Palestina di 19 sekolah di Tepi Barat selama dua bulan tahun ini.
“Atas nama UNRWA, saya ingin menyampaikan penghargaan mendalam kami kepada Pemerintah China atas dukungan dan dedikasinya yang berkelanjutan untuk melestarikan hak-hak pengungsi Palestina. Kami sangat menghargai kemitraan kuat kami dengan China, yang terus tumbuh dan berkembang,” kata Direktur Kemitraan UNRWA Karim Amer, Selasa (13/9/2022), dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA.
Sementara itu, Duta Besar China untuk Palestina Guo Wei mengatakan, negaranya memang berkomitmen mendukung pekerjaan UNRWA. “Selama beberapa tahun berturut-turut, China telah memberikan donasi untuk mendukung UNRWA memberikan bantuan pangan darurat kepada para pengungsi di Jalur Gaza serta telah menyumbangkan pasokan tanggap pandemi dan vaksin Covid-19 kepada para pengungsi Palestina,” ucapnya.
Menurut Guo, tahun ini negaranya telah memberikan donasi 1 juta dolar AS kepada UNRWA. Dana itu digunakan untuk meningkatkan taraf hidup pengungsi Palestina. China, kata Guo, siap bekerja sama dengan komunitas internasional mempromosikan pemulihan hak-hak sah rakyat Palestina. Beijing mendorong solusi komprehensif, adil, dan langgeng untuk isu Palestina.
Pada Juni lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Zhao Lijian sempat menyampaikan bahwa bertahannya konflik Israel-Palestina disebabkan oleh ketidakadilan historis terhadap rakyat Palestina dibiarkan terlalu lama. Komentarnya merespons peluncuran laporan sebuah komisi dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB yang menyebut Israel tak berniat mengakhiri pendudukan terhadap Palestina.
“Alasan yang mendasari konflik berulang antara Israel dan Palestina serta ketegangan yang sedang berlangsung atas wilayah Palestina yang diduduki adalah ketidakadilan historis yang dilakukan terhadap rakyat Palestina telah dibiarkan terlalu lama dan aspirasi sah rakyat Palestina untuk mendirikan sebuah negara merdeka telah lama ditolak,” kata Zhao dalam pengarahan pers 8 Juni lalu, dikutip laman resmi Kemenlu China.
Menurutnya, komunitas internasional perlu lebih aktif dalam merespons konflik Israel-Palestina. “Komunitas internasional perlu bekerja lebih aktif dengan rasa urgensi lebih besar untuk dimulainya kembali pembicaraan damai antara Palestina dan Israel atas dasar solusi dua negara, guna mencapai solusi yang komprehensif, adil, dan permanen untuk persoalan tentang Palestina sejak dini,” ucap Zhao.
The Commission of Inquiry (COI), yang dibentuk Dewan HAM PBB tahun lalu untuk menyelidiki penyebab siklus kekerasan di wilayah Israel-Palestina telah merilis penemuannya pada 7 Juni lalu. Dalam laporannya mereka mengungkapkan, pendudukan Israel dan diskriminasi terhadap warga Palestina menjadi pemicu utama kekerasan tak berkesudahan di wilayah tersebut. Israel pun disebut tak memiliki niat mengakhiri pendudukan.