Rabu 14 Sep 2022 16:35 WIB

Penduduk di Wilayah Xinjiang Kelaparan Selama Penguncian Covid-19

Warga Xinjiang jalani karantina paksa dan kekurangan pasokan selama 40 hari lockdown

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Penduduk di sebuah kota di wilayah Xinjiang, China mengalami kelaparan selama penguncian untuk menangani penyebaran Covid-19
Foto:

Sementara itu, seorang warga Uighur dari Ghulja, Nyrola Elima, mengatakan ayahnya menjatah persediaan tomat yang semakin menipis. Mereka berbagi satu tomat setiap hari dengan neneknya yang berusia 93 tahun. Bibi Elima kekurangan susu untuk cucunya yang berusia 2 tahun.

Pekan lalu gubernur setempat meminta maaf atas kekurangan pemerintah dalam menanggapi Covid-19. Gubernur menyinggung titik-titik buta dan titik-titik yang terlewatkan. Dia menjanjikan perbaikan dalam distribusi bantuan.

Kendati pihak berwenang mengakui ada kekurangan, sensor pemerintah telah membungkam mereka. Unggahan terkait kondisi kelaparan di Ghulja dihapus dari media sosial.

Pada Senin (12/9/2022), polisi setempat mengumumkan penangkapan enam orang karena menyebarkan isu tidak benar tentang penguncian, termasuk mengunggah tentang seorang anak yang meninggal dan dugaan bunuh diri. Polisi mengatakan, tindakan mereka mengganggu ketertiban sosial.

Ketika pihak berwenang bergerak memberikan bantuan, kondisi beberapa warga telah membaik.  Seorang warga yang dihubungi melalui telepon mengatakan, pengiriman makanan dilanjutkan setelah berhenti selama beberapa minggu.  Warga di kompleksnya sekarang diizinkan untuk berjalan-jalan di halaman mereka selama beberapa jam sehari.

“Situasinya berangsur-angsur membaik, menjadi jauh lebih baik,” katanya.

Pihak berwenang telah memerintahkan pengujian massal dan penguncian distrik di kota-kota di seluruh Cina dalam beberapa pekan terakhir. Di Kota Guiyang, sebuah kebun binatang meminta bantuan makanan untuk hewan mereka.  Sementara di tempat lainnya penduduk mengalami kelaparan karena pengiriman makanan telah terhenti.  

Pejabat setempat meminta maaf atas keterlambatan pengiriman makanan. Mereka mengaku telah melakukan upaya terbaik untuk mendistribusikan makanan selama penguncian, namun mereka kewalahan.

“Karena kurangnya pengalaman dan metode yang tidak tepat, pasokan kebutuhan dasar tidak cukup, sehingga membawa ketidaknyamanan bagi semua orang. Kami sangat menyesal dan minta maaf," ujar pernyataan pejabat tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement